Ae. R


Selasa, 09 Agustus 2011

Sajak Ngaco

nyonya berseru
tuan- tuan berpesta pora
kedudukan singkirkan moral
kantong kosong kejujuran
ramaikan meja taruhan


berpangku tangan
dalam belenggu pujian
tuhankan kehormatan
seruan nyonya mengusik tuan
benarkan segala tindakan


tak di gubris
saat teman dan sahabat

jujur menepuk bahu
ingatkan airmata anak negeri

ke dataran fantasi
nyonya besar melancong
tuan asik menghitung tasbih
kumpulkan keuntungan hasil taruhan

jinak burung dara
beringas saat melihat sajak
ketika lariknya kilau permata
di genggaman tuan yang bertahta kuasa


Abdie, 09082011



Mengenang Si Burung Merak 3

miskin tanah dan air
jatuh cinta pada fantasi
merompak tanah pusaka
jabat tangan dengan makelar sejarah

ketika kebangsaan
di kerangkeng kebebasan
kemerdekaan adalah hanyalan
slogan usang menghibur orang pinggiran

gema pembebasan
perlawanan dalam sajak revolusi
merdekakan jiwa dari belenggu kebebasan
adalah suara nurani Si Burung Merak
ketika sayapnya di curi bocah bermandi peluh
yang tak bisa hirup udara dari langit


Abdie,09082011













Nalam Hati

tepiskan mimpi
tangan meraih nyata
genggam lukisan
di dinding jiwa

wajahmu,
kekasih sunyi
nalam hati kalam ilahi
dalam simpuh menderai puji

kelana kata
memadu makna
wajah itu kekasih hati
wujud puji suratan jiwa

dalam kosong ia ada
ketika pencarian
mengungkap keberadaan
risalah kata-kata


Abdie,08082011
Dua Puisi


selaput indah dan rekah senyummu
menjadi bait pertama puisiku
saat
tatapku tak lagi mampu memandangmu
lembut aura retinamu sejukkan qalbuku
ketika 
bibir ini membisu
kidung senja di balik senyummu
mengantarku ke pelukan tulusmu
hingga
aku dan kamu
adalah paparan kisah yang menghiasi nisan 
menjadi dua puisi 
di atas tanah merah



Abdie,08082011


Panyawangan

kumalayang
pikir ngambah awang-awang
niat hate hayang metik bentang
guligah rasa nyawang raray nyi mojang

asih urang
panyawangan
jadi rusiah waktu
nu meungkeut duriat


Abdie,2008

Tak Perlu Ragu Untuk Bahagiamu

jika kau ulurkan tangan
kan kuraih dengan hati
ketika tanganku membeku
dan tak mampu memelukmu

selamat tinggal kah?
yang kan ku dengar
saat selaput indahmu
memandang bentuk kekecewaan

lebih baik itu yang kudengar
ketika kurasakan kebahagiaanmu
saat kau mengucapkannya
dan kecewamu hanyalah sementara

jangan coba lupakan cinta
dalam wujud tak sempurna
sebab melihat kau tersiksa
bukanlah hal yang ku inginkan


Abdie, Bandung2010


Sajak Pemabuk 2

menelan botol
pecahkan beling
membuang ludah
di tumpukkan sampah
menjilat resah sebait kisah

cinta itu,
tidaklah memabukkan
ketika kita menikmati anggur
di cawan yang beda

seperti kata para tetua
milikilah cinta meski tanpa sosok
ketika wujud yang kau sentuh
tiba saat di jemput sirna


ketika anggur itu
dituangkan dalam cawan yang sama
bukanlah tiada sosok yang dinamakan hakiki cinta
pelabuhan segala puja atas nama kasih dan kesetiaan


Abdie,2010





Sajak Pecundang

ketika ku berdendang
dengarlah lagu yang kunyanyikan
ingatlah namamu lupakan semua
syairnya tercipta saat aku mengeja
panggilan wujud sempurna

namamu,
adalah syair terakhir
dalam sajak pecundang ini


Abdie,2010

Sajak Pemabuk

memuja cinta
adalah urusan selera
jika ia hanya menjadi tuntutan 
jenis kelamin saat kelahiran

rekayasa pendzaliman
merangkai kata-kata memuja 

pemabuk yang serukan puji
berkata ia memiliki hak untuk di dzalimi
jika mengaku manusia mulia
dengan segala makna cinta

tiada amarah
meski ia di anggap memuja setan





Abdie,Bandung 2011