Ae. R


Kamis, 16 Juni 2011

Untukmu Senja

mengulang lahir,
sendiri merayapi tebing bahtera
tanpa harap iba dan belas kasihan
keringat tulusmu tertumpu di qalbu

tanpa tahu wajah masa di depan
ramah atau garang, kau tetap berjalan
tanpa panduan sosok seorang panutan
susuri lorong hidup, memandu lori beroda kaki 
tak peduli cibir dan caci menghampiri
karena yakinmu pada hati...

resahmu tidak membuat ragu
lalui hari bersama waktu
meski terseok dalam luka dan liku
hingga kini jelang dewasa usiamu

tetap mengukir hidup,
meski mengering kerongkong
tersayat lirih membenci atau merindukan
sketsa wajah yang tak pernah ada
di kanvas malam pun di rona senjamu 

entah kapan kaudapatkan
belaian lembut saat di peluk
rasakan bening kasih terpancar di wajah
saat kau rebah di dadanya
...



abdie, Kamarku 08062011

Mesiu atau Pemicu

ketika rasa menjadi mesiu,
kata kata menjelma peluru
melukai, menghancurkan bahkan bisa membunuh
saat kepala dianggap pemicu utama...

ketika hati jadi pemicu sempurna
peluru tak mampu jadi penjagal
namun pemburu yang handal
tepat sasaran tiada penyesalan

Putra Sang Fajar berkata,
Kemerdekaan ini hakiki bangsa bukan milikku 
WS Rendra lantunkan bait bait revolusi ungkapan hati
saat saksikan penyimpangan makna Proklamasi...

lalu, saat ini kita mulai darimana?
mesiu atau pemicu?
yang jelas hakiki demokrasi ini milik bangsa
bukan mesin pembunuh di gudang senjata penguasa
memberangus amanah kemerdekaan,
binasakan peradaban manusia...




abdie, Blitar2006

Bunda

malam ini begitu terang
mengganti gulita tadi siang
renta tubuhmu, dipenuhi luka
tua usiamu, didera nestapa

Porong kini hampir gosong
Pulau Dewata kehilangan makna 
Serambi Mekkah hanya istilah
Jawa Dwipa, bijaknya tinggal legenda

anjing tak lagi menggonggong
lolongan kini berasal dari gorong gorong
sesekali terdengar di teras teras gedung kosong
lebih sering ku dengar dari atas mimbar tanpa kolong

satu satu,
nyawa melayang
di terjang isi selongsong
ribuan jiwa merana 

tangisi,
Nurani yang mati
duhai bunda,
ada apa dengan nusantara raya
...


abdie, Bandung,06062011

Cermin Kosong

bola mata 
menunggu waktu
berbagi temu,

demam dan sakit
berderai di cermin kosong,
menjadi skrip opera atau drama, 
mengalun instrumen

tandang berdendang
kidung senja
tanpa harap bunga
taburi pusara...



abdie - lingsir,09062011

Ketika Kata Berbicara

angin,
hembus tulus itu aku, sentuh segala rupa
bukan akal bulusmu hempaskan lembut kasihku

tanah,
ikhlas itu aku, bukan kamu yang alim
melupakan semua nikmatku

air,
bening itu aku, pun di dalam keruh
hilangkan dahaga, basahi kering rongga semesta
bukan kamu yang kaya raya
melupakan kemurnian pengabdianku

api,
hangat dan panas itu aku tanpa merah
bukan kamu yang terbakar amarah membuncah 

cahaya,
terang itu aku yang selalu terjaga
menyaksi terangi semesta
bukan kamu, yang lelap saat membuka mata

katakata berbicara,
siapa kamu jika tiada aku
membuka matamu
...



abdie, Sumedang 2007

Tumbal

me merah pertiwi
dalam lembaran orasi
membuncah darah anak negeri
peluru tajam membungkam suara suara nurani

membisu bersama mimpi,
lelap dalam gelapnya bumi
luka menganga bunda pertiwi
jadi catatan sejarah reformasi

seruan puji iringi peti mati
air mata membasah di pipi
sholawat pelayat antar kamu tepati janji
liang lahat menyambutmu memasuki sunyi

wahai, pahlawan reformasi
kau ku kenang untuk ku lupakan
seperti kakek buyutku doeloe
yang mati merebut kemerdekaan 

kupijak tanahnya, lupa nisannya
kumakan berasnya lupa sawahnya
kunyanyikan lagunya lupa penciptanya
kunikmati pelangi lupa langitnya

kau dan kakek buyutku
tumbal  tumbal sejarah
tanpa nisan di kepala



abdie,Jakarta 1999

Harmoni Gitar Tua

tertutup debu
putus pula dawai dawai
tak ada denting kerinduan
dalam syair kehidupan

bombastisnya retorika
di mimbar mimbar malam
mengumbar ashma tuhan
jadi diksi selembar bualan

mengantar lelap gitar tua
membawa kisah tanda tanya
dalam teka teki perenungan 
benarkah tuhan bisa di tafsirkan

seperti ayat ayat,
yang berubah jadi ledakan
yang menjelma jadi kebencian
yang menjelma jadi keangkuhan
yang menjelma bara di taman fana

lalu siapa kita
yang lafalkan firman
'katanya' mahluk mulia
penuh kasih sayang

saat semilir menjadi dawai
lantunkan kidung kidung malam
hembusannya tak mampu ku buat prosa
keindahannya  tak bisa ku tafsirkan

biarlah iramanya,
menjadi harmoni esok pagi
denting dan tarian gitar tua
jelajahi pertiwi
...



abdie,09062011

Sajak Jelata

raung menggunung
syair mengaum
di pinggir hutan
dan pusat kota

menantang garang
siapkan senapan
mengarah ke kepala
dusta penguasa

tak ada teras tuk orasikan
apalagi mimbar tuk suarakan
air mata dan keroncongan
di ruang sidangmu jadi gurauan

kami jelata 
tak punya kata kuasa
singkirkan nista
di negeri tercinta

kami milik bumi
bukan milik para petinggi
yang merampas azasi
memenuhi peti besi 
dengan lembaran obligasi
bercap darah dan keringat kami

hanya kamu
ya, hanya padamu
rajaku pembantuku
kami berseru...

siapkan nasi untuk kami
sarapan pagi 
agar kami bisa mengikuti
upacara pemakaman nurani 
yang mati siang nanti

sebelum ku mati
ku beri kau melati
tanpa wangi
harumkan peti

karena wangi itu tak akan mampu
membuat semesta terkesima
hanya wangi palsu belaka
....

kami tidak mencaci
tolong pahami ungkapan hati
kau para punggawa negeri
berilmu tinggi, jangan hina di anggap teri



abdie,2009

Kelaut Aja

empat sikat lima habisi
buat apa tunggu nanti
selagi masih pake jas dan dasi
dengan kekuasaan apapun bisa terjadi
tak peduli mati tanpa wangi melati
sebab tajam tirani kembali cabik nurani
para pelayan anak anak pertiwi...

undang undang anti korupsi
di sulap jadi alat kontrasepsi
atau jadi agensi perjalanan ke luar negeri
dengan basa basi berharga tinggi
mengisi lemari dan beberapa peti besi di ruangan birokrasi
seperti parpol, kejaksaan tinggi, imigrasi
bahkan mungkin sopir pribadi 
jadi acara reality show di televisi
hiburan anak anak negeri
yang senyum dikulum karena sakit gigi
...
salam sejahtera untuk raja
yang bijaksana dan di anggap mulia
sebagai sopir pribadi warga negara
pengemban amanat Garuda Pancasila
namun entah membawa penumpangnya kemana,

tujuan merdeka damaikan sesama
hidup berdampingan dan sejahtera
karena tak ada lampiran harga
bisa jadi kelaut aja...



abdie,2010