Ae. R


Rabu, 22 Juni 2011

Tanya Telaga

Kursi kayu,
Ingatkah engkau
Saat ku memanggil sunyi
Mencari jawab tanya telaga


Kenapa jalanan ini rusak parah
Terinjak senyum dalam pijakan - pijakan dusta kah?
Yang mengikis dinding hati
Menggerus pematang rasa


Kursi kayu
Kau jadi saksi 
Atas jawaban sunyi
Yang  bisukan bibirku


Takkan terjawab, karena
"kau duduk di kursi rapuh"
tanpa membaca jejak pijakan




Abdie, Talaga Remis 23082002





Harmonika Tuaku

kata topeng
topeng kata
kata - kata 
topeng - topeng
menakutkan
...
penjarakan
hukum - hukum
cinta - cinta
keadilan 
tanpa cinta
...
lelap, membisu
harmonika tua
menembus gulita
tanpa irama


Abdie,02152002

Ini Bukan Samsara Buana

Memaksa waktu bercerita
Membuka sampul suratan buana
Saat kuku-kuku tajam mencengkram
Langit - langit  fatamorgana

Di cermin- cermin nyata,
Alirang sungai, dasar samudra
Belantara hingga puncak gunung
Menjadi bunyian malam, mengusik kesunyian

Dendang jalang,
Senandung samsara
Lirih terjerat perih yang menggila
Ulurkan tangan raih kejora

Ratap sekarat tenaga kerja
Jeritannya hanya sampai di beranda
Menumpuk jadi berita sia-sia
Tak terdengar di telinga rasa

Sang raja asik mengeluh
Resah pada cibir- cibir yang tak seberapa
Padahal nyawa pemimpin itu di ujung bedil
Kapan saja dimana saja, siapkan kepala tertembus peluru

Rakus, lakon -lakon
Senyumnya berdarah 
Melahap lukisan yang telah miring
Peri yang bisu di rambu -rambu

Darah kuli semakin deras
Terbuang di negri seberang
Para rakus hanya diam
Menghisap devisa- devisa kematian

Lakon-lakon samsarakan nilai 
Keringkan aliran sungai-sungai
Gadaikan isi samudra dan belantara
Jaminkan nyawa ke negri tetangga

Sebab di sini,
Tak tersisa setapak lahan
Tuk sekedar melangkah
Menuai hasil negeri gemah ripah

Ini bukan samsara buana
Namun rasa yang di gadaikan
Oleh lakon - lakon tanpa dalang

Abdie,22062011


Lontar Kosong

detik tak terasa
rangkai kata-kata
mengisi lontar lontar
yang kembali kosong


sesaat terbaca
lusuh tubuh ilalang 
gundah rerumputan
terhempas dalam gersang


kecewa memaki diri
resah mencela masa
mengadu pada semesta


pada dahan yang me- nua
ranting tersenyum
berkata - kata


percuma,
tumpuk keluh
di sudut hampa
terpuruk makna


dalam hitungan
lembar halaman
lenyapkan saja
do'a-do'a...


Abdie,22062008



[teks-proklamasi.jpg]



Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

LATAR BELAKANG
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima di Jepang, oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan BPUPK, atau "Dokiritu Zyunbi Choosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritu Zyunbi IInkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPK diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.









Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno Hatta yang diantar oleh Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga Status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam.Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelahmenyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalka berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, BM Diah, Sudiro (Mbah) dan Sajuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalim dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "tranfer of power". Bung Hatta, Subardjo, BM Diah, Sukarni, Sudiro dan Sayuti Melik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nisjijima masih didengungkan.
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi


Naskah asli proklamasi yang ditempatkan di Monumen Nasional dengan bingkai
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari otto iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Isi Teks Proklamasi
Isi teks proklamasi kemerdekaan yang singkat ini adalah:

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta

Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun 2605.
Naskah Otentik
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi.

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, hari 17, bulan 8, tahun 45
Wakil2 bangsa Indonesia.

Terjemahan ke Bahasa Inggris

PROCLAMATION
We, the Indonesian people, hereby declare the independence of Indonesia.
Matters concerning the transfer of power, etc., will be carried out in a conscientious manner and as speedily as possible.

Jakarta, 17 August 1945
In the name of the nation of Indonesia,
Sukarno-Hatta

Sumber: GOOGLE SEACRH
PANCASILA
  1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
  2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
  3. PERSATUAN INDONESIA
  4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN
  5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Priangan Si Jelita

Seruling berkawan pantun,
Tangiskan derita orang priangan,
Selendang merah, merah darah
Menurun di Cikapundung.

Bandung, dasar di danau
Lari bertumpuk di bukit-bukit.

Seruling menyendiri di tepi-tepi
Tangiskan keris hilang di sumur
Melati putih, putih hati, 
Hilang kekasih dikata gugur.

Bandung, dasar di danau
Derita memantul di kulit-kulit.

Ramadhan K H

Tanah Kelahiran

Seruling di pasir ipis, merdu
Antara gundukan pohon pina
Tembang menggema di dua kaki,
Burangrang – Tangkubanperahu 

Jamrut di pucuk-pucuk, 
Jamrut di air tipis menurun.

Membelit tangga di tanah merah
Dikenal gadis-gadis dari bukit
Nyanyikan kentang sudah digali,
Kenakan kebaya ke pewayangan.

Jamrut di pucuk-pucuk,
Jamrut dihati gadis menurun.

Ramadhan K.H
?

Sadarkah kita siapa kita sebenarnya
Sadarkah kita apa yang telah kita lakukan
Sadarkah kita apa yang harus kita lakukan
Sadarkah kita sesungguhnya kita tidak bisa melakukan apa - apa
Tahukah kita sebenarnya
Tahukah kita untuk apa semua yang telah kita perbuat
Tahukah kita sebenarnya apa yang harus kita perbuat
Tahukah kita, sebenarnya kita tidak tahu apa-apa
Sadarkah kita, tahukah kita, dimana, darimana akan kemana kita sesungguhnya


Abdie,2002

Kabar Dari Timur

Tak lelah inginku merdeka,
Saat kulihat terangnya sang surya
Tabir mimpi harus ku buka 
Sejarah segera di gelar demi sebuah peradaban

Bebaskan jiwa - jiwa terbelenggu
Terpenjara makna kebebasan 
Menanti hakiki kemerdekaan 
Bebaskan negeri dari mimpi damai berkepanjangan

Semoga terangmu membuka jalan
Meski nanti orang melupakan 
Biarlah nanti puja mereka berujung hujat
Pujian berakhir caci dan cibiran

Aku tidak akan sakit menerimanya, 
Tangisku bukanlah penyesalan
Namun kerena penjajahan kedengkian
Masih meraja di dalam diri 

Semoga terangmu membuka jalan, inginku merdeka.....
Meski aku tahu, kelak negeri yangg ku merdekakan, 
menjadi neraka degan sejuta kenikmatan,
jadi arena perebutan kekuasaan,
jadi telaga merah karena dendam,

Semoga terangmu membuka jalan, 
untuk menyerukan suara kebebasan, 
kabarkan kemerdekaan negeri indah titipan langit 
"INDONESIA"

Abdie, Blitar 2006

Kopiku Tumpah Sore Tadi

lagi fatwa kau umbar
serukan cinta dimana mana
kau kira semesta terkesima
pun aku hanya tertawa
  
celoteh hakikatmu 
kau anggap istimewa
boleh saja kau kata
marifatmu luar biasa
 
maaf, bagiku 
hanya pelajaran biasa
tak ada beda dengan anak anak TK
yang belajar mengenal huruf
  
merangkainya jadi kata kata tuk di baca
lalu lupa makna karena terlena
mainan yang harganya
tak seberapa
  
Lebih baik kutulis sajak
Biar saja tak dibaca
Esok pagi kan kujadikan
Jejak telapak


Abdie, Manglayang2000

Selamat Ulang Tahun

Hari ini kukenang kelahiran
Dulu suka cita dan haru menyambut tangisanku
Masuki dunia yang tak pernah terbayangkan

Hari ini terkenang berbagai cerita
suka pun duka, air mata haru dan bahagia
Seiring waktu, manis dan pahitnya kehidupan
memperkaya arti dewasakan hidupmu

bagai kepak sayap burung elang
perkasa jelajahi cakrawala
bagai karang menghadang gelombang
tiada kata putus asa

nikmati nafas yang entah sampai kapan
demi masa depan 
dan bahagia mu
teruslah berjuang...


Abdie,Jatinangor1998

Tanpa Lukisan

Tegak berdiri
Berakar kenangan
Tertancap pada detak detik

Membentang logika
Pada jarak tanpa ukuran
Mengambang samar makna makna

Emosi bantah masa
Terdiam di ruang hampa
Kelam menyibak tabir waktu

Terhempas pusaran
Ruang dan waktu,
Tertinggal do'a -  do'a

Lirih nyanyian sunyi
Bertepi di dinding
Tanpa lukisan



Abdie, Manglayang 2005

Senyummu

kebimbangan
yang memelukku
adalah senyumanmu

seperti mentari
tanpa henti terangi bumi
selaksa tetesan langit
sirnakan dahaga telaga

mengisi ruang hampa
ah, hirup tulus senyummu
bangkitkan gairah hidupku



Abdie, Maribaya 01012009

Kidung Rindu

Tenang kurasakan
Dalam lembut kesunyian
Kegalauanku hilang
Musnah gelisah
Dalam desah kerinduan

Duhai kekasih,
Kidung rinduku
Senandungkan namamu
Tiap detak detik yang berlalu
Tiada ragu

Bersama semilir dalam kesunyian
Tak ada  mantra selain cinta
Mengikat jiwa dalam beranda
Kasih sayangMU
...


Abdie,22062011