Ae. R


Senin, 15 Agustus 2011

Kedai Ibu Tua

masih saja
berkeliaran menebar teror
menciptakan ketakutan

hakikat PANCASILA
hakiki kemerdekaan
di bungkam atas nama keyakinan

kedai-kedai kehidupan
porak poranda di terjang angkara
sisakan ibu tua menangis ketakutan

bersujud,
di atas kitab tanpa terjemahan
pada kekerasan dan kesewenang-wenangan
ia meratap meminta kemanusiaan yang hilang


Abdie, 14082011

Sebaris Kalam

Lihatlah,
Api unggun di taman para pencinta,
Beri mereka hangat, semangat  membaca sajak
Lantunkan sair cinta, mencari cinta, berbagi cinta
Senyum para perindu, mencari rindu, berbagi rindu
berkumpul menjadi satu, membakar dengki ke dalam api
Jika saja api tdk rahasiakan sejuknya
Dengki pun tak akan mereka bakar

Sementara para penyamun embun, sedang berpantun
Hakikat dengki yang terbakar, di atas mimbar
Suaranya menjadi bara, membakar nusantara, bahkan dunia
telunjuk pun menjadi batu, lempari setiap taman para pencinta
embun pun menjadi nyala, merah halaman taman
jika saja mentari tdk rahasiakan panasnya embun
bersama para pencinta,  kunikmati api setiap pagi

saat akal penyamun embun berkata, api itu panas
Para pencinta berkata aku tenang bersamanya
Penyamun berucap kitab embunku menyejukkan
Para pencinta berkata setelah ku pahami rahasianya
Penyamun berteriak embunku adalah firman
Pencinta berucap apiku juga kalam, seperti halnya aku dan kamu
Hanya sebaris kalam, berasal dari alam




Abdie, 2011

Sahabat Setia Cinta Sejati

kamu memang sahabat sejati! 
selalu pengertian saat aku berkata "aku tidak bisa"
selalu setia menunggu saat aku berkata "sebentar aku kembali lagi "
tak pernah beranjak pergi meski aku berucap "biarkan aku sendiri"
pintu rumahmu lebih dulu terbuka sebelum ku mengetuknya,

kemudian kau tersenyum dan berkata "masuklah"

kau miliki makna cinta sejati!

tak pernah bisa "Melupakan"
tetapi akan selalu " Memaafkan"
bukan masalah saat kamu "Mendengarkannya"
tetapi selalu berusaha untuk "mengertinya"
Tak peduli dengan apa yang " Terlihat"
melainkan apa yang "Terasa"
tak pernah terlintas untuk " Meninggalkan"
tetapi kau berusaha selalu  "Bertahan"

Ketika berurusan dengan yang namanya cinta
seringkali kita bukan tampil sebagai pemenang
Padahal cinta itu tulus saat kita dikalahkannya
tapi kamu akan jadi pemenang saat kamu bisa mencintai
karena kamu telah bisa menemukan cinta itu dalam dirimu
memberikan cinta berarti memberikan hidup

Ketika menangis, air mata yang keluar masih bisa kita hapus
Tetapi ketika air mata itu mengalir deras dari hati akan sangat berbahaya
karena goresan lukanya mungkin tidak bisa hilang


Tetapi
jika tiba saatnya nanti
dimana kamu harus berhenti mencintai 
tetapi bukan karena membenci
melainkan kita menyadarinya
orang itu akan lebih berbahagia apabila
kita melepaskannya.

Bila benar mencintai jangan dilepaskan
meski hanya bagian dari CINTA SEJATIMU
karena CINTA SEJATI itu milikmu bukan orang lain
demi cinta sejati itu berjuanglah untuk menemukan
CINTA SEJATI yang lain

Menunggu seseorang yang di inginkan akan lebih baik
Daripada BERJALAN bersama orang di sekitarmu
Karena HIDUP ini SINGKAT
Akan lebih baik di buang dengan orang yang TEPAT

Bukan tidak mungkin orang yang kamu CINTAI
adalah orang yang sangat MENYAKITIMU nanti
Dan tanpa kita sadari TEMAN yang membawa kita kesana
dia adalah CINTA SEJATI itu





Abdie, 2009
Kuciwa

duh jungjunnan
naha atuh urang patepang
pami tepang ieu pegat ku pipisahan
ngantunkeun rasa kuciwa
sanes kuciwa ku duriat nu pegat
tapi kuciwa lantaran ngahianat cinta

Abdie, 2007
Cupu Manik

lantera hirup saha nu nyangka
lir ibarat ca'ang jeung lampuna
taya wates nu misahkeun
ngahiji sajeroeun iga
cupu manik lain barang antik
tapi wadah nu pinuh ku runtah
angot pisan bala tur bauna 
lamun di tingali dina kaca 
rupana teu jauh beda
jeung urang anu ngacana
tapi, teu kudu hariwang
cupu manik bisa di daur ulang
sabab panto tobat moal rek nutup
tepi ka urang tinggal bugang


Abdie, 07092009
Kejujuran


tak ada dusta 
dalam hidup dan mati
meski ia berjalan 
di atas tajamnya bebatuan
sebab
tak ada penghalang sebuah kejujuran



Abdie, 2009

Di Balik Kebaya 

lantun senandung kidung
mengenang leluhur memuji hyang agung 
suara jiwa menyapa semesta
wujud nyata terimakasih, masyarakat pemangku adat

terasa hikmah saat kudengar suara suling
di iring kecapi petikan tangan sang ahli
mengiringi kidung yang melantunkan keagungan
berpadu dengan mantra tetua

sesaat berselang
gemulai penari ikuti irama
geraknya mencipta sesembahan
sebagai pertanda lelaku menjalani kehidupan

kurasakan aura hidup
yang memancar dari balik kebaya
yang mereka kenakan


Abdie, Sumedang 2007






Abstraksi Diri


tak terhitung noktah 
menjadi lukisan abstrak kehidupan
menelan peluh menghirup nanah
dalam alur pengembaraan


segumpal darah berikrar sumpah
dengan sayap takdir mengembara di alam fana
tak mau menjadi benalu yang menempel pada dahan dan ranting
ia tak mau menjadi hakikat sebuah metamorfosa 
dengan bergantung pada selembar daun
berubah lalu terbang lupakan sejarah
tanpa sempat kenali diri

menanti batas waktu 
memegang janji tanpa menghitung hari
ketika kalam cakrawala di jadikan lembaran narasi
keyakinan mengungkap catatan perjalanan 
saat sisa usia menyepuh noda

ikrar darah sumpah setia
di sisa nafas pengembaraan
menjadi cacatan  perjananan
menuju penghisaban 
dari semua noktah dalam abstraksi lukisan diri


Abdie, 08082011



Jati Luhur

lihatlah sayang
semilir mencipta riak berderai
berkejaran menuju tepian 
seiring sejalan 


kita jadikan saja telaga 
tika  rindu menderai airmata
di atas sampan penantian
kita mengayuh kesetiaan


biarlah jarak itu
menjadi perahu yang membawa rindu
lewati sesal dan bahagia menuju muara
dan setia kita berlabuh di dalam ruhnya cinta



Abdie, Jati Luhur 2010

Bingkisan Priangan

hembus semilir
terbangkan kisah
bermuara di relung jiwa


lirih berkata di percik telaga
mengalunlah larik -larik cinta
tertuju pada belahan jiwa 


syair itu bukanlah sihir
tetapi sejuk yang mengalir
membasahi qalbu alirkan rindu


suara belahan jiwa
di Telaga Patenggang
menjadi bingkisan priangan




Abdie,2009


Kalam Sore

Sepintas pandang hanyalah unggas berenang
menari kepakan sayap, bernyanyi bersahutan
bercanda bersama kerabat nikmati gerimis sore 
menambah hangat suasana saat ku lihat mereka 
beriringan menuju tepian kolam

Sepintas pandang tidak miliki makna,

ternyata begitu bnyak pelajaran berharga
meski mreka hanyalah unggas biasa
mampu berikan sesuatu yang luar biasa
tentang hidup dan kehidupan
makna kerabat dan persahabatan
tentang cinta dan kasih sayang
sepertinya mereka jauh dari kedengkian

tak pedulikan perbedaan,

Apakah aku, kita, kalian 
yang mengaku mahluk sempurna sudah seperti itu?
hanya kita sendir juga semesta raya yang tahu


Terimakasih semesta raya,

kau ingatkan aku tentang sesuatu
saat ku melihat penghunimu yang di anggap hewan ternk biasa, 
ternyata kehadirannya sampaikan pesan yg berharga

tak perlu memandang harta dan benda

jika hanya membuat kita jadi kaya dengan kesombongan




Abdie,2006

Sajak Siang Untuk Bapakku


terangmu tak pernah redup
hingga rona selalu menghiasi senja
meski sesekali awan mencuri terangmu

gemeretak urat - urat
terpanggang di atas bara siang
tika tangan kasar pemegang kuasa
tak mampu menjabat terang

membakar kedai-kedai
hanguskan harapan ibu tua
nasibnya tergadai di slogan iklan
sebangsa se negara


Abdie,08082011

140897


terimakasihku pada hujan
yang memberiku gigil dan beku
di teras depan rumahmu

nikmat terasa,
saat kau suguhkan secanglir kopi
seolah menjadi telaga 
tempat kata berenang
lalu gigil dan beku
terjemahkan asmara
berikan kehangatan

bertaut kata
kenang pertemuan
kini, tanpa hujan
tanpa kopi di suguhkan
hanya semilir suguhan malam 
asmara tenggelam di telaga waktu




Abdie, Bandung97

Hareudang


mesek cangkang muka eusi
silih gesek neang nu ngarana materi
ngakunamah jalma berbudi
rahayat ngoceak tur balangsak teu paduli

korupsi lain budaya 
atawa adat kaluhungan papagon sunda
tapi panyakit jelema ngarti nu gering ati paeh rasa
teu weleh neang cara jang ngeruk harta banda
najan loba anu cilaka nu penting beunghar di dunya

hareudang ningalina,
teuing zaman anu edan atawa jalmana anu gelo
owah mikir linglung laku moncorong panonna bolor


Abdie, 2011

Gerhana Sukma


Menderai sunyi
Menyingkap kelam
Perjalanan hidup

Menyepuh nama
Menyulut bara
Di lorong jalan

Gerhana sukma
Memanggil gejolak
Hasrat cinta di batas usia

Sampaikan rasa
Pada bebatuan
Di dinding tebing

Tersirat kekal penghisaban
Pada catatan di tanah merah
Melebur gemuruh deraian sunyi



Abdie,2011

Sajak Siang 3


siang ini,
tak ada puisi 
ketika kurasakan
ketulusan dalam senyummu

senyummu kawan, 
adalah anugerah semesta
yang tak mampu aku puisikan

selamat jalan kawan
hadapi saja segala rintangan
tak perlu kau hindari jika itu kepastian
dalam catatan perjalanan

Abdie, 15082011