Ae. R


Minggu, 19 Juni 2011

Asmara di uap kopi

dalam secangkir kopi
ingin ku tawarkan kenikmatan
tak perlu gula karena cinta lebih manis
aroma dari pekat yang memikat
mengepul uap berdaya nikmat

ku bawakan kau secangkir kopi
agar malam semakin menggairahkan
tiap tegukkannya luruhkan rasa
dahaga yang meraja

ku bawakan kau secangkir kopi
suguhan sederhana untuk geliatkan malam
rasakan pesona tiap tegukkan
hangat mencumbu dingin berlalu

aku bawakan kau secangkir kopi
saling melumat kita di bibir cangkir yang sama
mengecup makna rasa tiap tegukkan
rasa yang satu di cangkir yang sama pula

aku bawakan kau secangkir kopi
tak perlu menunggu teguk terakhir
hilangkan dahaga dan dingin malam
mengepul asmara di uap pekat yang nikmat



abdie,15052011

Dijejak Tertinggal

prosa liris kematian
narasi indah kehidupan
nyanyian di bibir berlendir
kolaburasi suara suara alam

tetabuhan irama malam
mengalun syahdu merayu bintang
gairah nafsu mendekap kabut
lirih jiwa menanti berderai luka

terbaca segurat isarat di telapak senja
tentang kawan juga sahabat
tentang negeri juga rakyat
tentang aku juga kamu

terus bergerak meski merangkak
mencari makna dalam indah sejuta kata
temukan jati diri di tumpukan sampah
yang menutupi jejak jejak tertinggal



abdie,15052011

Aku Memilih Diam

sia sia terpaku mengulur waktu
siapkan pedang taklukan malam
bila perlu sumpal saja bulan
agar kelam semakin panjang

aku menginginkan kau membutuhkan
sajian kepuasan kisah malam
tak ada guna mengutuk nafsu
sedari dulu lelap kita di dekapnya

lingkar tangan menggenggam
gelora jemari mencengkeram
cepat selesaikan cerita malam
renggut nikmatnya hingga capai klimak

tubuh ini ibarat selembar prosa
baca, pahami, hingga di bait terakhir
terserah mau-mu, robek atau hancurkan
sementara aku memilih diam...



abdie, 2010

Rotasi diri

kunamakan ini masa lalu,
dulu, kemarin atau satu detik yang lalu
merangkak, bergerak hingga berlari
satu detik lalu  entah bertepi dimana

kunamakan ini masa sekarang,
menyimak dalam diam atau sia sia terdiam
menunggu kerut, lekuk kulit keriput
sedang jalan ini hanya persimpangan tanpa ujung
membiarkan nafas, terhenti di tengah atau di tepi
tanpa hasrat menata segala yang berserak
di masa lalu...

kunamakan ini masa depan,
hanya asa gagahi rasa, menukar tubuh dengan waktu
memahat bayang di mata telanjang, menenteng harap tubuh sekarat
berniat merangkai kata berkarat, menjadi bait bait syair dalam sajak
sekedar negosiasi dengan ramah atau garangnya masa di depan
agar diri ini tak lagi menjadi wujud menakutkan...

kunamakan ini rotasi diri,
kembali menuju titik awal,
bukanlah titik akhir
sebuah putaran...


abdie,2009

Luka Luka Negeri Merdeka

jutaan jiwa berbaris,
mengantri di pintu gerbang kemerdekaan
negara ini sudah merdeka, konon katanya!
kita bebas bersuara hingga berdansa
karena penjajah beda bangsa telah tiada

kini jutaan jiwa bertanya,
dimanakah kemerdekaan itu berada?
mengapa kita hanya berbaris di pintu gerbangnya saja?
apakah  merdeka itu sebuah pintu ruangan yang terkunci
sembunyikan kemerdekaan di dalamnya?

rupanya negeri ini baru merdeka,
sementara kemerdekaan penghuninya entah dimana
simak saja sekitar kita atau berita di layar kaca
apa yang dilihat rasa adalah bukti nyata mata yang buta
kemerdekaan atau durjana yang kini meraja menjajah sesama
...

damai dan sejahtera tak kunjung tiba,
perbedaan SARA yang dulu jadi kekuatan sempurna
kini jadi modal utama membenci sesama,
atas nama keyakinan membunuh adalah perbuatan mulia
perang saudara di negeri merdeka...

sementara pemimpin yang kita puja hanya peduli harta
wakil kita gila tahta, perhiasan berharga untuk bisa mencumbu si jelita
asik jadi aktor utama di layar kaca dengan lakon 'terdakwa'
hakim dan jaksa jadi pemeran piguran dalam sebuah opera
di setumpuk surat berharga dengan nilai bla bla blaaaaaaaa
adalah mantra ketokan palu yang membuat terdakwa jadi 'tertawa'
inilah wajah keadilan negeri merdeka...

tak pedulikan lagi serak parau kicau burung, di kampung kampung
tak pedulikan lagi tarian tarian hiba tangan tengadah di jalan jalan kota
kemerdekaan sembunyi di balik tirai, luka luka negeri merdeka

"tulisan ini bukan membenci, jika tuan dan nyonya sakit hati apalagi kami,
tak punya kuasa dan suara yang keras, tapi tak tahan untuk menuliskan realitas"
kami sulit berkata tidak semua tuan dan nyonya, karena belum ada bukti nyata


abdie,16052011



Sendiriku Bukanlah Bisu

untukmu,pagi ini tak bisa kurangkai kata
aku mencuri puisi malam merayu kejora,

Sayang,
terlelap dalam bayang,
terbuai purnama yang makin terang
terjerat sepi ke dalam kenang
terasa hampa di satu ruang

Aku di sini,
sendiri menanti pagi
lirih merintih berharap datang sapa sebuah hati
lelap membayang  wajah dalam sunyi
senyum lembutmu dan rona di pipi
hadir mengusir sepinya sendiri

Terus menanti,
sejuk dan bening embun pagi
di ujung daun yang aku tanam
kunikmati hingga sang surya terbenam
hingga jiwa ini tak lagi rasakan dahaga
pun hampa tak lagi terasa

Suara hati ku,
jika cinta serupa kembang
aku tak mau sekedar menyentuh 
aku tak mau melukainya, biarlah duka itu aku saat memandangnya
aku ingin menyiraminya dengan tulus kasih sayang 
biarkan layu dan mati itu aku bukanlah keagungan pengabdian
bagiku ia bukanlah bagian hidup yang menunggu saat di buang...

sayang,
aku di sini
terus menanti
suara hati mu...
agar sendiriku bukanlah bisu



abdie,17052011

Meniti Waktu Menunggu Hati

Meniti,
catatan rapuh di cermin lusuh
mati raga tanpa kata sejuta makna
memecah pilu di ujung kelam
membuncah keluh merayu malam

Waktu,
pada detak yang tak henti
teriakkan rasa berharap nyata
semerbak melati harumkan langkah
agar raga bukanlah keranda kata percuma

Menunggu,
pada sunyi jua mengadu
berharap nyata irama senja 
iringi langkah menuju pelukan malam
rebah jiwa dalam syair sejuta kalam

Hati,
memberi pasti sebuah ragu
angin yang berhembus membawa aroma nafas
setiap kata terucap, memuji pun memaki
nyata segurat catatan belenggu jiwa



abdie,19052011

Di Senja Kita

tanpa terasa detak detik berlalu
mengantarku sampai di ujung malam
teringat cengkrama saat senja di beranda kita
kuderai kata sebelum lelap memanggil mata

aku menyusuri sunyi alirkan arus kata hati
berharap alirannya sampai di muara hatimu
serupa kerontang menanti siraman hujan
aku menanti bahumu tuk sandarkan kerinduan

saat gerimis datang, terasa sepi dan dingin kala senja
namun sapa dan senyummu hangatkan suasana
bibir manismu usir dingin dengan mengucap ketulusan rasa
sepi pun mati dalam makna untaian kata kata

meski tak mampu aku terjemahkan
kalimat dan kata kata tentang kerinduan
dalam ribuan  bait sajak - sajak malam
namun tentangku merindumu bukanlah bualan
di senja kita...



abdie, 19052011

Hujan Poyan

taya kecap pikeun ngucap
hamo deui ngagalindeng
nyaksi hujan kasorot poyan
ukur rasa wa'as nu maturan

gumuruh jeroning ati
patali diri teu kaharti
ambek, keuheul, geuleuh, tur deudeuh
patembalan jeung ngiricikna sora cai

rasa hanjelu nyawang kana waktu
anu ngajorelat sakiceup mata
ninggalkeun kuring nu masih keneh cicing
teu walakaya, nyaksi hujan kasorot poyan

di udag lain udageun
di tungguan tangtu moal balik deui
waktu nu geus ngaliwatan kongkolak kahirupan
ukur rasa anu maturan reumbay cimata wanci ayeuna

waktu nu indit mawa adigung kuring
jadi tulisan jaga nu maturan sukma
kiwari kuring cicing nangtung dina kasombongan
ningali cai kolomberan ngabaseuhan tatapakan

hujan poyan sore ieu
jadi saksi, cai mata
di saung ranggon sisi wahangan



abdie, 21052011

Asih Indung Bapa

nu jadi indung,
renghap ranjug antara hirup jeung pati
ngajalankeun amanah titipan nu maha suci
jabang bayi lahir ka bumi...

Nu jadi bapa,
kasusah ilang kabungah datang
ngadangu koceak dengek meupeus simpena peuting
di papag reumbayna cimata kabungah tur kabagjaan

harita ceurik kuring jadi ubar
ka hariwang nu jadi kolot
kiwari seuri kuring ceurikna kolot
nalangsa ku paripolah buah hatena

laku kuring ngahianat
ka asih indung jeung bapa
anu teu pegat pegat
nya'ah salawasna...




abdie,2008

Untukmu Para Penyair

semedi, menyendiri mencari arti memahami diri
mencari makna berbaur jelata terhimpit kebijakan
menulis aksara dengan tangan dan kaki
pena mu adalah rasa...

pohon dalam baitmu mampu memberi teduh
gunung dalam larikmu mampu membuat luluh
langit dalam irama dan rima mu mampu membuat tersimpuh
bumi dalam tubuh sajakmu mampu menjadi penyejuk jiwa jiwa lusuh

sajak mu langkah kaki, bukan lah cinta tanpa arti
terkadang mati menjadi hidup, karena hidup seperti mati
puisimu adalah pasti keberadaan diri bukan memalsu fakta nyata
kehidupan bukanlah di isi angan dan mimpi sejuta asa

para punggawa negeri tak luput kau tuliskan 
saat mereka meneguk nikmat anggur hasil jarahan 
tokoh agama, birokrat jga konglomerat kau jadikan nyanyian
menghibur bocah bocah kelaparan yang terhempas peradaban

irama syair mu melantun terus mengalun
sesekali berpantun tentang sopan santun
yang kini menjadi langka di negeri yang ramah tamah
etika hanya sarat utama masuki istana megah

tak ragu kau hirup udara meski bercampur racun
tak ragu melangkah di atas ribuan duri
tak ragu dan bimbang berteman gelombang
tak ragu kau teriakkan kenyataan

bukan karena kemuliaanmu pun kepandaian serukan asma Tuhan
semata karena kebodohan dan hina diri yang kau rasakan
dalam tiap hembusan nafas dzikir yang kau lantunkan
ucapmu memohon ampun akan katiadaan kebaikan yang kau jalankan

kau sadar, lebih banyak orang menulis
tetapi lupa untuk membaca bahkan meninggalkan semua tulisannya
namun kau tak pernah beranjak, meninggalkan tubuh sajakmu
terus mengisi cawan cawan kosong tuk hilangkan dahaga sukma 

pada petak dan ladang ladang gersang,
di jalanan pun di tengah hutan
kau nyatakan kata hati
karena kau tahu bahagia bukanlah sekedar berkata kata...




abdie, Kamarkoe 21052011

Puisi Terakhir

mencintai,
bukan karena apa 
aku lebih memilih siapa

dua nyawa menjadi satu
menyatu nafas yang beda
dua tubuh satu rasa

aku adalah kamu, tak terpisahkan
hingga pusara menjadi syair
dalam selembar puisi terakhir...




abdie,23052011

Tubuhku

di lontar malam
ku rangkai kalimat
huruf huruf kematian

seruak menghujat
cerca berkelana
terputus kendali

pada sajak pekat
menjelma tubuh
berbau bangkai

liar gagahi malam
serukan tuhan
kebodohan...




abdie, 23052011

Celurit Malam

bisu,
bertapa meninggi makna
hitung dharma yang tak ada

belah mega
menyingkap mendung
harap bebaskan karma

terbang huruf dari bacaan
pada tubuh yang mati
tafsirkan kebenaran

celurit malam
membelah langit
kejora berkata

kebenaran bukan tafsiran
huruf huruf yang berterbangan



abdie, 2007

Padamu

nafas,
tanah, air,
api dan angin

wujud sempurna,
metafora kata

pada, 
pemilik hati
kuasa jiwa

kuserahkan,
segurat catatan
persembahan malam

tanpa jamuan
di detik terakhir
kehidupan...



abdie, 26052011

Lupakan Saja

aku terlalu hina
aku tak pantas tuk di cinta
aku pemakai narkoba
namun aku masih punya cinta...

sudahlah,
hancurkan atau kubur saja
semua cerita itu
anggap semua tidak pernah ada

atau simpan rapi dalam hati
lalu kita pegang satu kunci
suatu hari kita buka bersama

membaca kisahnya
sambil menikmati senja
di antara tawa dan canda
anak anak kita....



abdie,