Ae. R


Senin, 05 September 2011

Rasa Kita

daripada mabuk meneguk makna
bicarakan saja cinta dengan rasa
'diam adalah emas' 
ah, ini peribahasa kadaluarsa mungkin sudah tak berguna
aku ingin tangan dan mulut membuat malam ini bermakna
tak perlu menjadi emas atau permata, 
namun berguna saat menyambut sang surya
tengadah dan mengucap syukur atas keindahan semesta, 
lalu kita tuliskan cinta di jalan yang beda...
dengan rasa, kita membuatnya sama...


Abdie,2011

Sajak Miring


toilet 
gubug 
anak kecil
gedung megah

guru
ilmu batu
buku baru
warna cat kuku

gaji besar
be a be lancar
di toilet kecil
anak- anak menggigil

filsafat guru
melempar wajah
di jilid buku bertema dakwah
mewarnai kuku menjadi merah

sajak ini miring ke kiri
sebab ke kanan banyak tikungan
diantara deretan larangan
sajak miring menata diri


Abdie,05092011

Puing Kata


tika bara memberi arti
peduli sikap yang menjadi sabuk
mengikat langkah peradaban dan pemahaman

meski mata - mata tak lagi peduli 
namun api unggun harus terus menyala
ketika cahaya peradaban hilang di padang gersang

tak perlu berebut aksara
jika sang fajar itu padam dalam jiwa
pemahaman makna hanya jadi puing kata

ketika kata mengawali cipta
tentang bara yang menyala di api unggun 
kekosongan itu bergerak mengisi detak 

menyuruhku berhenti tafsirkan mimpi
agar pikir tidak menjadi bebal di kajian ayat
sebab keindahan hidup bukanlah filsafat
dari puing kata tanpa bara...


Abdie,2011 

Bait Terakhirku


kamu,
menjadi catatan
di halaman pertamaku
mengisi ruang kosongku

mengawali kisah 
jejak setapak langkah
serupa embun mewakili hujan
sirnakan dahaga padang yang gersang

kehadiranmu,
serupa anugerah pemberian alam
tak ragu ku torehkan bait terakhir puisi hidupku
mencintaimu adalah catatan pertama dan terakhirku
hingga merah ini membeku...


Abdie,2010

Ayah


ia serupa embun
memberi sejuk pada pagi
di bawah terang matahari
mewakili hujan suburkan bumi

lembut berkata bijak bersikap
adalah anak tangga yang ku pijak
dalam rentang masa hitungan usia
mengawali hidup hingga tiada 

serupa tonggak takdir
yang membuatku berdiri tegak
menjadi guru yang mengajariku
tentang kata dan tindakan

ialah ayahku,
yang serupa embun
guru dalam tiap hembusan nafas
menjadi tonggak takdir keberadaanku

aku hanyalah benih 
yang tumbuh diantara musim
meniti anak tangga kehidupan
mencari makna keberadaan


Abdie,2011