tika bara memberi arti
peduli sikap yang menjadi sabuk
mengikat langkah peradaban dan pemahaman
meski mata - mata tak lagi peduli
namun api unggun harus terus menyala
ketika cahaya peradaban hilang di padang gersang
tak perlu berebut aksara
jika sang fajar itu padam dalam jiwa
pemahaman makna hanya jadi puing kata
ketika kata mengawali cipta
tentang bara yang menyala di api unggun
kekosongan itu bergerak mengisi detak
menyuruhku berhenti tafsirkan mimpi
agar pikir tidak menjadi bebal di kajian ayat
sebab keindahan hidup bukanlah filsafat
dari puing kata tanpa bara...
Abdie,2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar