Ae. R


Senin, 18 November 2013

Ketika Puisi Menghakimi

kata - kata
berserakan serupa belulang
sisa daging yang terbakar angkara murka

sajak indah puisi malam
bukan syair pun kidung suci
yang membuat semesta terkesima

hanya kata penghakiman
yang di kemas penyesalan diri
ketika puisi menghakimi
penyair bukanlah sosok suci
 hanya seonggok daging busuk
menghisap bau sendiri


Ae,11182013





Bersamamu

Membangun mimpi,
Nyatakan hidup di jalanmu
Hingga suara itu bukan semata gema
Rindu yang memeluk sunyi

Bersamamu,
Sepi bukan lagi mimpi
Yang berjalan tanpa arah pasti
Di dalam kesunyian



Ae,05112013

Warta Malam

Semakin menyeramkan
Status juga catatan hari
Kebijakanpun tak lagi seperti hujan
Yang memahami kemarau panjang

Si garang, serukan asma saling serang
Lempar batu memecah kasus
Entah apa yang di rebutkan

Hanya ketololan
Yang di pertontonkan
Di persimpangan jalan

Sementara koruptor
Asik berebut palu, lelang ketukan
Di meja perkara

Dan, anak malam di gulung kelam
Terseret arus gelombang hidup
Lelap dipelukan karang hitam

Retak atau memang sudah pecah
Lambung sejarah negeri bertuah
Hingga perahu layar anak pertiwi
Perlahan tenggelam lalu karam
Sebab sang nahkoda lupa kemudi,
asik merias wajah di antara resah




Ae,06112013

Lelaku yang berlalu

Serupa pertanda
Yang akan menghias pusara
Sekarang atau nanti sama saja
Kata - kata yang berkata
Laku - laku yang berlaku

Lalu apa yang tumbuh
Di atas tanah pemakaman
Semboja atau ilalang
Lambang dari benih yang di tanam

Sekarang atau nanti sama saja
Kata - kata serupa pemakaman
Lelaku yang berlalu



Ae,07112013

Ketika Pena Bergerak

Ketika pena bergerak
Menuliskan yang tersirat
Abstrak menjadi nyata

Dan, dirimu
Bukan genap pun ganjil sebuah bilangan
Hingga rindu bukan lagi hitungan
Dalam waktu yang tak berujung

Ketika pena bergerak
Namamu menjadi nyata
Bukan hayal malam
Tafsirkan kitab pengampunan

Ketika pena bergerak
Nyatakan sebuah isyarat
Kopiku kopimu tumpah
Tak perlu bertanya salah siapa



Ae,11112013

Ada Rindu di Gelas Kopiku

debar ini serupa debur
mengombak di lingkar dada
menerjang segala ragu, menujumu
tempat segala riak dan ombak menepi

aku dan kopi hitamku
cerita yang takkan pernah berakhir
menyatu dalam gelas kehidupan
menanti nafas di ujung hembusan
hingga lelap dalam dingin pelukkan kematian
tinggalkan gelas yang entah
utuh menyatu semesta atau pecah berserak
menjadi duri kehidupan

ada rindu di kopiku
ada rindu di hitamku


Ae, 11172013



Kehadiranmu Nyatakan Hidupku

kamu,
bukan sekepul asap
nampak sesaat lalu lesap
sirna tiada tanda
hadirmu,
isyarat pertanda jejak
rindu yang berjalan
membelah belantara
jelajahi samudera
bersujud menuju langit
berserah menyatu semesta


Ae,111713