Ae. R


Jumat, 01 Juli 2011

Tak Perlu

tak perlu bicara lantang disini
cukup di hati mengungkap niat
agar nanti kau tak terjerat
hidupmu di sunat kebingungan sesaat

tak perlu keras – keras !
kalau bisa jangan bersuara
dengarkan saja jangkrik menyanyi

cobalah simak apa syair mereka

tak perlu kau hapalkan
rekam saja dalam benakmu
tak perlu pula kau beritakan
karena mereka belum tentu mengerti

tak perlu takut,
desir angin tak bisa kalahkan malam
suara hati tak mungkin sirna
syairnya begitu bermakna

tak perlu ragu,
simpan saja di dalam kalbu
biarkan saja mereka bicara semu
yakinlah pada gelap yang selalu rindukan terang


Abdie, 16122010

Kemana Aku Harus Pulang

Terlahir di padang ilalang, tertutup rimbun semak belukar
Kuanggap ibu padang yang gersang, rimba belantara ayahanda tercinta
berjuta anak terlahir miring, saat kemarau seperti bara memanggang
mimpi indah masa depan terhalang asap tebal, memaksa terbang tanpa sayap

Sampai nafsu menjadi tunas, tumbuh subur dipermukaan dinding harapan
gelapnya goa, dalamnya samudera, muara yang melingkar, curam tebing yang miring
ujung gunung serta empat arah mata angin, semua ku lalui tanpa peta,
sampai pada sebuah tanya, kemana aku harus pulang?

apakah aku harus kembali ke padang ilalang atau rimba belantara
dan tetap biarkan tunas nafsu semakin subur,
tetapi aku tak mau pulang saat aku menjadi ganas
dan tak akan ku biarkan tunas nafsu itu tumbuh subur

tidak mungkin kau berikan sunyi, tak mungkin kau tiupkan angin
sebarkan sinar, ku injakkan kaki di bumi, ku dengar nyanyian langit
apa sesungguhnya yang di rahasiakan dunia?
aku hanya mau tahu kemana aku harus pulang?


Abdie,23122010


Untukmu Sahabatku

Tak ingin sekedar teman ataupun sahabat
Aku inginkan persaudaraan

Diandra!
Begitu terasa tulus
Dua baris tulisanmu 
Membuat jarak (kita) tak ada

Serupa matahari dengan terangnya
Tak ada jarak dalam maya pun nyata

***
nikmatilah tulus itu
yang mewarnai langit serupa pelangi
warna warni dari tulusmu
dalam hangat pelukan cahayaNya

hijau padang rumput itu 
adalah tulisan di kertasmu
duduk dan tersenyumlah di atasnya
bersama ikhlasNya

burung-burung menyambut senyummu
menyanyi, menarilah bersama mereka
atas kasih sayangNya

kepergianmu,
bukanlah kehilangan
wangi bunga kan abadi 
di tiap persinggahan...


Abdie,29062011

Photo by Deny Jacko

Terserah Maumu Apa Judulnya

mengantri,
keranda - keranda
jenazah penyumbang devisa
yang mati di tikam keganasan
kaum bar - bar

tanpa tabur bunga
di atas pusara

aku! tak bisa berbuat apa- apa
hanya tabur kata meski salah beranda
harusnya di beranda istana raja
tetapi bajuku terlalu bau oleh noda

aku yakin sang raja punya layar kaca
untuk melihat berita anak - anaknya
yang mati sia - sia

o, iya pak raja
tak ingin kulihat bapak dalam berita
dengan mata berkaca - kaca
dan berkata 'semoga'

lalu turun dari mimbar
dan jabat tangan tanpa gemetar


Abdie,29062011

Padamu Negeri

Pencipta Lirik dan Lagu : Kusbini
  
Padamu negeri kami berjanji
Padamu negeri kami berbakti
Padamu negeri kami mengabdi
Bagimu negeri jiwa raga kami


Kau, tempat aku pertama kali mengenal hidupku
Mendapat arti keluarga, memahami makna warga negara
Dan darimu, ku belajar banyak hal di setiap nafasku

Aku tak peduli ketika semua orang merasa malu
Dengan segala sikap pejabat dan petinggi negeri
Kurasa bukan hanya negeri kita yang penuh korupsi
Meski memang kita salah satu yang lumayan tinggi

Namun untukku, aku berdiri di atas tanah pertiwi
Bukan pada indah kata dan janji yang sering teringkari
Aku selalu bangga pada aslimu
Tembang jawa, budaya asli, keramahan sesama, desa yang asri
Meski semua mulai meluntur
Aku ingin tetap bersamamu

Padamu negeri
Ingin ku kembalikan diriku
Dimana ari ari bersemayam

Padamu negeri
Jangan menangis
Hijaumu akan selalu ada
Aku percaya

Padamu bagimu, ramah tanah, sopan alam


oleh Maria Ariyani Schatzie pada 24 Juni 2011


Orang Pinggiran

Orang pinggiran berteman kemiskinan
bercengkrama diselokan, berselimut kotoran
nyanyikan kepedihan, mimpikan harapan

Orang pinggiran bermandikan keteguhan
bernafas keinginan, semangat keyakinan

Orang pinggiran tak punya tangisan
langkahmu laparmu, keringatmu pedihmu
cibiran, makian sarapan pagimu

Tatapmu palingkan sombongku
sapamu tidurkan gundahku

Oleh Sanjay Scooterist·2906..

Provokasi

wajah asing
terkapar di kamar tidur
ayah, ibu dan aku

wajah mati
duduk lesu di ruang tamu
ayah, ibu dan aku

aku tak percaya saat ayah menatap ibu

di rumah sendiri
kami hilang

oleh Biska Alexa pada 05 Mei 2011

Senja

Senja terlalu indah untuk dilewatkan, seperti senyumanmu yang meneduhkan.

Senja memang terlalu indah untuk kita lewatkan, tanpa saling berpelukan.

Senjapun terlalu indah untuk aku lewatkan, seperti ciumanmu yang memabukkan.

Senjapun terlalu sayang untuk kita lewatkan tanpa saling merapatkan jantung seirama detakan.

Senja terlalu berharga untuk dilewatkan, seperti kehadiranmu yang menghapus dukaku perlahan.

Tidak ada senja, tidak ada fajar, tidak ada hari bahkan tidak ada detik yang tidak berharga untuk aku lalui tanpa tanganmu memeluk.

Dan tidak ada angin, tidak ada detak yang lebih kencang, dari cintamu yang menggugurkan kenangan, hingga luruh berhamburan.





oleh Nita FreezeDudulz pada 12 Juni 2011

Jerit Jelata

dibalik tirai penuh warna
kau hapus tragedi membara
pun peluh yang menjadikannya mata
takkan hilang akan dera

kau yang melihat
juga para penjilat
kemana uang rakyat
bergelut dalam tipu muslihat
kami yang bernama rakyat
tak ingin hidup melarat
dunia bak sudah kiamat
habis kata ku untuk mengumpat

"aku lapar tuan,
dua hari tidak makan"
tak jemu Kau dengar jeritan?
perut-perut yang kelaparan?

tulang-tulang terlihat jelas
dilapis kulit yang tak keras
bathin semakin beringas
melihat kelakuan yang duduk di atas

lihat anak-anak jalanan
yang riang hidup di jalan
walau seharian tak makan.
berlarian ditelan zaman
Sampai Kapan???!!!


Oleh Nur Ridwan Shidiq  20 Juni 2011

Mendaki Gunung

satu dua
jejak menapak
membelah rumput
menuai kabut
  
satu dua
Nafas memburu
Ransel berdebu
Menepis lesu
  
kabut biru awan kelabu
penuh bau mesiu
tanah merah rimba musnah
orang-orang berdarah-darah
  
bocah termenung
meratapi gunung


Oleh Li-Weng- Gun, Malang 21 April 2003

Serak

…dan menghilang adalah penyeduh air rindu mewahai
yang dihidang di ambang petang penuh gelak
hingga peluh bergolak menahan gejolak
bagai berjuta lebah bersorak

tahukah kau penyebab aku merindu?
ialah sama dengan penyebab jantungmu berdetak
lalu meretak umpama ujung tebing
jatuh berderak,  mendesak ke pelukan nan syahdu:
utuh, tanpa serak



Oleh Mour Thado 31 Maret 2011