Ae. R


Senin, 01 Agustus 2011

Nyanyian Bukit Kapur

nyanyian dan kata-kata
senandung merdu menanti esok
ketika putihnya dinding pegunungan
goreskan rindu di kaki pendaki

bangunkan mentari yang masih lelap
menggema nyanyian subuh menyambut hari

pada tiang keyakinan gantungkan harapan
kaki-kaki lelap beranjak mengukir jejak ikrar semalam
mendaki bukit keinginan tak pedulikan terjalnya bebatuan

pada matahari mengemis peluh-peluh
yang mengucur di leher tebing kapur
membasahi linggis-linggis dan kaki pendaki
yang menggali sebongkah rindu untuk anak- anak mereka


Abdie, Padalarang 2009


Pada Pusaran Waktu

Pada pusaran waktu
Cinta mengukir laku-laku
Teguh hati mengucap rindu
Tulisan dalam kanvas qalbu

Ketika cinta menjadi batu
Ia menghimpun segala makna
Membuka sekat pemisah hakikat
Mengurai makna menghiasi cakrawala

Kepak sayapnya terbangkan hakiki rasa
Diantara keangkuhan kata-kata makrifat
Yang membutakan mata para petapa rindu
Ia terbang jelajahi setiap ruang mengisi hampa

Pada pusaran waktu
Berlabuh segala nista dan moksa jiwa
Melebur segala hakikat lalu sirnalah makrifat
Tinggalkan ukiran laku-laku sisa perjalanan

Pada pusaran waktu
Aku dan kamu bukan siapa-siapa


Abdie,2010

Mustika Garuda

fajar nusantara
memancar cahaya
di atas tanah pusaka
menyatukan jiwa -jiwa
dan keyakinan yang beda

Ketuhanan Yang Maha Esa
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

mustika Garuda
menjadi iman sebangsa
di bawah kibar sang saka
kita adalah INDONESIA


Abdie,2008

Terkenang Rona

ketika senja melukis rona
malam janjikan pertemuan
kesunyian labuhan dua hati

langgam semilir
menyibak temaram nazam
bertaut janji menyulam malam

membuka pintu menuju sepi
sepi yang tak biasa dipahami
dalam kegalauan rona sisa senja

entah dimana semilir bertepi
ketika nazam adalah harapan
yang tenggelam di dasar rona


Abdie,2010

Apapun Itu

menari meski bukan penari
menulis meski bukan penulis
aku hanya ingin menarikan
apa yang telah Aku tuliskan

tak ingin sia-siakan
ruas kosong tanpa goresan
meski hanya lukisan tarian jalanan
bukan tarian ningrat atau salsa konglomerat

saat dinamis gemulai jalanan
menjadi ambisi lupakan kaidah alam
lunglai tubuh di ritme gerak kekuasaan
tarian jalanan menyulam sajak

aku merindukan perupa
mengisi ruas-ruas kosong
dengan apa yang Aku tuliskan
menjadi tarian nyata kehidupan


Abdie,01082011

Sajak Usang

melukis rembulan
saat perjanjian malam
hanya labuhan harapan
yang lenyap di seberang lautan

gema kata terbawa angin
mengikuti alamat sekilas janji
irama jantung berikan isarat jejak
rona yang me merah di seberang lautan

simpuh memenggal tubuh
bait-bait perjanjian malam
labuhan sunyi sebait syair
menjadi sajak usang


Abdie,2011

Kacamata

menafsir wajah putri impian
pada ujung titian kelam
pemburu seberangi lautan
jelajahi pesisir tepian negeri


terkatup selaput di buih putih
bertahta imaji memecah karang
debur ombak kuasa sabda
desiran angin menuju pusat kota


kaca-kaca mata-mata
mata-mata berkaca-kaca
adalah jembatan pemburu sabda
seberangi hari menuju senja

bersimpuh buih imaji
saat sabda menjelma batu
membentur dinding qalbu
berserak ayat-ayat di taman kota


pecah sudah,
kacamata penjelajah negeri
memandang wajah putri impian
memaku senyum di titian malam




Abdie,2010