nanar
tatap
onar
meledak
hantam
norma
bendera
rusak
ujung
beling
merobek
kitab
Abdie,2011
Ae. R
Sabtu, 12 November 2011
Batas Bayang
garang
saling serang
mengerang
nafas meregang
hasrat tergeletak
di ujung anak panah
pengharapan jadi catatan
anak jalanan di buku malam
kawan kehilangan teman
di batas bayang peradaban
saksikan kemanusiaan terpuruk
tak lagi dendangkan kedamaian
Abdie,2011
saling serang
mengerang
nafas meregang
hasrat tergeletak
di ujung anak panah
pengharapan jadi catatan
anak jalanan di buku malam
kawan kehilangan teman
di batas bayang peradaban
saksikan kemanusiaan terpuruk
tak lagi dendangkan kedamaian
Abdie,2011
Jeruji Penantian
lamat lambai
hilang bayang
terang menembus
batas ruang
perlahan lepaskan ratap
hingga tak lagi meratap
di genggaman kenangan
seruan ikrar
di balik jeruji penantian
mengurung janji sambut kematian
dalam sajak kehidupan
menghampiri hidup
dalam puisi kematian
Abdie,2011
hilang bayang
terang menembus
batas ruang
perlahan lepaskan ratap
hingga tak lagi meratap
di genggaman kenangan
seruan ikrar
di balik jeruji penantian
mengurung janji sambut kematian
dalam sajak kehidupan
menghampiri hidup
dalam puisi kematian
Abdie,2011
Kopi Hitam
terperangkap jarak
di ujung dahan burung bersarang
binar kelopak menatap detak
waktu terhimpit di deretan angka
satu tempat,
diantara besi berkarat
labuhkan segala hasrat
menanti tanpa syarat
seribu pemangsa
tertidur rebahkan lara
janjinya kaku, membisu
dalam lembaran uang saku
keadilan mengendap di ampas pekat
menjadi catatan malam kopi hitam
ketika kata menjadi jeruji
mengurung kebebasan
Abdie,2011
Mataku
mataku,
entah dimana
terpejam menutup pandang
menuntun langkah memaku arah
menuju beranda tinggalkan penjara
tempat pembunuh dan pencuri
menyamar di bait-bait diri
menyatu, sedarah jiwa
mewarnai tulang yang mati
mataku,
berkawan muak
ketika pemabuk berdiri di atas mimbar
berdakwah tentang penghakiman
bebaskan pembunuh mencuri nyawa
halalkan pencuri membunuh azasi
mataku, berteman jeruji
tempat keadilan di hukum mati
atasnama persetubuhan suci
pembunuh dan pencuri
memperkosa nurani sendiri
mataku,
berkawan malam
dalam derasnya hujan
menatap bintang mati
membisu di bahu kiri
Abdie,Pondok Kayu 2011
Tanpa Judul
diantara
tepuk dan sorak
merah mencari nafkah
sajak- sajak tetua membisu
puisinya terbujur kaku
realita kasat mata
dalam renta semesta raya
sambut bayi yang lahir tanpa do'a
dengan sebaris catatan
hitam dan putihnya perjalanan
mewarnai jeruji penantian
tika peradaban melepas baju keinginan
genangan permata bunda
merendam dendam kelana lara
lamat bayang lambaiannya
perlahan menghilang
tinggalkan catatan kehidupan
tanpa judul...
Abdie,2011
Langganan:
Postingan (Atom)