kubiarkan rasa mencerna
lupakan batas nyata dan maya
sebab dalam hatipun tak ku temu pembatas
benci dan cinta
kubuat lebih awal
entah sajak atau bukan
ini sebatas ingat yang mengingatkan
tentang seorang kawan
yang pernah nyalakan,
api unggun tuk hangatkan taman
singkat atau sekejap tak lagi kuanggap ukuran waktu
sebab ingatan tak mengenal hitungan angka
maafkan aku kawan!
tak mampu ku buat sajak indah
tetapi, semoga saja keindahan itu
adalah nyata adamu sekarang
penuh kehangatan dalam peluk kasihNya
dan kusimpan sebait puisi Juni,
untukmu "Diandra Kayla Zahrani"
bunga yang tumbuh di pinggir telaga
wanginya menjadi sebuah tanda
kotak hitam itu tidaklah membisu
dan kamu tetap abadi
di dasar telaga-telaga rasa
sahabat pun saudaramu tercinta...
Abdie,110612
Ae. R
Selasa, 12 Juni 2012
Kiblat Samar Negeri Tua
bencana itu bukan misteri
harga dasi yang melambung tinggi
ledakkan tabung-tabung elpiji
melalui pemicu di bawah kursi
lembaga tinggi atau tertinggi
kiblat negeri ini entah kemana
atau miring di otak sinting
adab dalam budaya dibuatnya menjadi pecahan beling
siap menyayat makna kemanusiaan
hingga PANCASILA pun dibaca terbalik
dalam retorika nafas berbau amisnya intrik
tak se jalan pasti binasa sebab paham di paksa sama
pembenaran pun membakar rumah - rumah pengabdian
pinggir kali kolong jembatan
lumut - lumut mulai membatu tak lagi lembut
siap melempar qalbu yang mulai membau
tersiram limbah keruh peradaban
anak bangsa lambang sara kehilangan bendera
tiang sumpah tak mampu lagi menyangga warna warni semesta
let's play the game like a human
meski kian tak jelas arah kiblat negeri ini
setidaknya kita pahami arah perbedaan
arah mana sama saja dalam sebuah itikad
tak harus sama dan serupa untuk bersatu
tak perlu meniru lembut semilir
kebenaran bisa saja merupa badai
maybe,
ah,kita nikmati saja segelas kopi menjelang senja
lalu bersulang atasnama warna warni cakrawala
INDONESIA
Abdie / Komunitas Trotoar,0610 2012
harga dasi yang melambung tinggi
ledakkan tabung-tabung elpiji
melalui pemicu di bawah kursi
lembaga tinggi atau tertinggi
kiblat negeri ini entah kemana
atau miring di otak sinting
adab dalam budaya dibuatnya menjadi pecahan beling
siap menyayat makna kemanusiaan
hingga PANCASILA pun dibaca terbalik
dalam retorika nafas berbau amisnya intrik
tak se jalan pasti binasa sebab paham di paksa sama
pembenaran pun membakar rumah - rumah pengabdian
pinggir kali kolong jembatan
lumut - lumut mulai membatu tak lagi lembut
siap melempar qalbu yang mulai membau
tersiram limbah keruh peradaban
anak bangsa lambang sara kehilangan bendera
tiang sumpah tak mampu lagi menyangga warna warni semesta
let's play the game like a human
meski kian tak jelas arah kiblat negeri ini
setidaknya kita pahami arah perbedaan
arah mana sama saja dalam sebuah itikad
tak harus sama dan serupa untuk bersatu
tak perlu meniru lembut semilir
kebenaran bisa saja merupa badai
maybe,
ah,kita nikmati saja segelas kopi menjelang senja
lalu bersulang atasnama warna warni cakrawala
INDONESIA
Abdie / Komunitas Trotoar,0610 2012
Langganan:
Postingan (Atom)