Aku tidak mengerti
Raga semakin renta, namun jiwa belum mampu untuk berdiri
Kosong seperti tidak berisi,
Terjebak peradaban atau terlena di dunia fana
Aku tidak mengerti,
Alam yang semakin murka atau kita yang ciptakan petaka?
Gempa mengguncang, tanahpun terbelah
Air mengamuk, menghantam daratan tenggelamkan harapan
Gunung meletus, lahar panasnya hanguskan impian
Badai datang menerjang pemukiman
binasakan ribuan bahkan jutaan orang, tua, muda bayi dan orang dewasa
Aku tidak mengerti,
Kita mengaku mahluk berakal tetapi mengapa tak pernah berfikir?
Jaman ini sudah tua atau kita yang lupa diri?
Sepertinya aku ingin segera pergi, entah kemana
Abdie,05012010
Ae. R
Minggu, 26 Juni 2011
Nyanyian Pertiwi
Derap langkah kaki, anak negeri
Teriakannya lantang hentakan bumi
Diringi bunyi-bunyi tong sampah
Berbau busuk dan bernanah
Burung garuda yang kesakitan
Paruhnya tumpul, cengkramnya lemah
Patah pula sebagian sayapnya
terlindas kaki- kaki berkuku tajam
Saat warna warni dikibarkan
Merah Putih pun robek di tiang jemuran
anak-anak bangsa harus menjadi tumbal
bagai parade darah di iringi jeritan
Keragaman yang tertata indah
berubah menjadi mata air duka
Membanjiri persada INDONESIA
Tenggelamkan BHINNEKA TUNGGAL IKA
Abdie, 12042011
Teriakannya lantang hentakan bumi
Diringi bunyi-bunyi tong sampah
Berbau busuk dan bernanah
Burung garuda yang kesakitan
Paruhnya tumpul, cengkramnya lemah
Patah pula sebagian sayapnya
terlindas kaki- kaki berkuku tajam
Saat warna warni dikibarkan
Merah Putih pun robek di tiang jemuran
anak-anak bangsa harus menjadi tumbal
bagai parade darah di iringi jeritan
Keragaman yang tertata indah
berubah menjadi mata air duka
Membanjiri persada INDONESIA
Tenggelamkan BHINNEKA TUNGGAL IKA
Abdie, 12042011
Kata Hutan
Katanya kalian miliki tangan memelihara
Nyatanya hanya panjang tangan
Menjarah Jauh hingga ketengah hutan
Tak ada lagi ruang menghirup segar udara belantara
Katanya ajaran kalian, mengajarkan cinta kasih
Nyatanya hanya taburkan benih dengki dan benci
Menjadi lupa diri karena ambisi tanpa kendali
Bukankah itu menghianati amanat kitab suci
Katanya kalian mencintai alam
Nyatanya hanya merusak lingkungan
Membinasakan kasih sayang belantara
Hanya sisakan resah penghuni rimba
Abdie,02032011
Nyatanya hanya panjang tangan
Menjarah Jauh hingga ketengah hutan
Tak ada lagi ruang menghirup segar udara belantara
Katanya ajaran kalian, mengajarkan cinta kasih
Nyatanya hanya taburkan benih dengki dan benci
Menjadi lupa diri karena ambisi tanpa kendali
Bukankah itu menghianati amanat kitab suci
Katanya kalian mencintai alam
Nyatanya hanya merusak lingkungan
Membinasakan kasih sayang belantara
Hanya sisakan resah penghuni rimba
Abdie,02032011
Akulah Sang Kata
Akulah sang kata,
berasal dari gunung
Tebing, pepohonan, lembah dan ngarai menjadi kalimat
Bukit, bebatuan, dan binatangpun menjadi tulisan
Semua tertata menjadi sebuah tuntunan
Menunjukkan kebesaran Tuhan
Itulah nyata sebuah keindahan
Bukan mimpi dalam lelap tidurmu
Aku adalah pena, berisi tinta dari laut
Aku menuliskan kasih sayang, dan kesetiaan
Kasih sayang langit dan kesetiaan matahari
Aku menuliskan ketulusan,dan keikhlasan
Ketulusan samudera dan keikhlasan bumi
Menunjukkan kasih sayang dan kecintaan sang pencipta
Itulah nyata sebuah pengabdian
Bukan semu dari bayang – bayang keinginanmu
Apa yang bisa kau puja dari dirimu?
Saat kau ingkari semua kalimatmu
Saat kau dustakan kata – katamu
Jadikanlah hatimu pena, kemurniannya menjadi tinta
Tuliskan petunjuk kepada jiwa, untuk memahami dunia
Hingga kau temukan kasih sayang dalam dirimu
Hingga kau mengerti kehidupanmu adalah pengabdian
Jangan biarkan asa khianati rasamu
Abdie,02032011
berasal dari gunung
Tebing, pepohonan, lembah dan ngarai menjadi kalimat
Bukit, bebatuan, dan binatangpun menjadi tulisan
Semua tertata menjadi sebuah tuntunan
Menunjukkan kebesaran Tuhan
Itulah nyata sebuah keindahan
Bukan mimpi dalam lelap tidurmu
Aku adalah pena, berisi tinta dari laut
Aku menuliskan kasih sayang, dan kesetiaan
Kasih sayang langit dan kesetiaan matahari
Aku menuliskan ketulusan,dan keikhlasan
Ketulusan samudera dan keikhlasan bumi
Menunjukkan kasih sayang dan kecintaan sang pencipta
Itulah nyata sebuah pengabdian
Bukan semu dari bayang – bayang keinginanmu
Apa yang bisa kau puja dari dirimu?
Saat kau ingkari semua kalimatmu
Saat kau dustakan kata – katamu
Jadikanlah hatimu pena, kemurniannya menjadi tinta
Tuliskan petunjuk kepada jiwa, untuk memahami dunia
Hingga kau temukan kasih sayang dalam dirimu
Hingga kau mengerti kehidupanmu adalah pengabdian
Jangan biarkan asa khianati rasamu
Abdie,02032011
Satu Dunia
Satu dunia yg ingin ku tempati
Memiliki kesetiaan seperti samudera
Selalu menerima saat air comberan meminta tempat
Karunianya seperti langit dan matahari
tak pernah henti menaungi dan menerangi,
meski awan hitam datang menghalangi
Satu dunia yang ingin ku tempati
Memberikan kasih sayang penuh keikhlasan seperti bumi
Tak pernah menghitung apa yg di berikan
Tak pernah meminta sedikitpun imbalan
Tumbuhkan setiap benih yg di tabur
Meski akhirnya menjadi duri di permukaan
Hanya kita tdk menyadari, semua itu kasih abadi
Karena kita terlelap di dekap nafsu
satu dunia yg ingin kutempati
Disana ingin kulihat bekas telapak kakiku,
seperti langit dan matahari, seperti samudera dan bumi
Sebelum kedipan terakhir mata ini
Sebelum hembusan nafas berlalu tak kembali
Abdie,27022011
Memiliki kesetiaan seperti samudera
Selalu menerima saat air comberan meminta tempat
Karunianya seperti langit dan matahari
tak pernah henti menaungi dan menerangi,
meski awan hitam datang menghalangi
Satu dunia yang ingin ku tempati
Memberikan kasih sayang penuh keikhlasan seperti bumi
Tak pernah menghitung apa yg di berikan
Tak pernah meminta sedikitpun imbalan
Tumbuhkan setiap benih yg di tabur
Meski akhirnya menjadi duri di permukaan
Hanya kita tdk menyadari, semua itu kasih abadi
Karena kita terlelap di dekap nafsu
satu dunia yg ingin kutempati
Disana ingin kulihat bekas telapak kakiku,
seperti langit dan matahari, seperti samudera dan bumi
Sebelum kedipan terakhir mata ini
Sebelum hembusan nafas berlalu tak kembali
Abdie,27022011
Nestapa Sang Garuda
Tak ada lagi sorot tajam matamu garudaku
Hanya kulihat tetes air mata di sudut matamu
Yang bening seperti embun pagi
Namun tak dapat kurasa kesejukannya
Masih ada senandung Indonesia Raya,
Saat kita duduk diam di atas sofa.
namun percuma saja, senandungnya tak lagi merdu
Karena kita membiarkan Sang Garuda dalam nestapa…
Kini wajahmu semakin muram wahai garudaku,
Melihat kepalsuan yang di agungkan
Menyaksikan keadilan perlahan hilang,
Karena meja hijau dan amanatnya telah dilelang!
Keadilan telah jauh di lemparkan
tak ada lagi pembimbing menuju masa depan
Pembenaran tindakan menjadi lembaran,
berteriak seperti pahlawan, namun sesungguhnya kabarkan kepalsuan
saatnya kita bangun kawan
atau tetap diam duduk di atas sofa
mendengar parau senandung Indonesia Raya
dan membiarkan sang garuda di rundung duka
Abdie,17202011
Hanya kulihat tetes air mata di sudut matamu
Yang bening seperti embun pagi
Namun tak dapat kurasa kesejukannya
Masih ada senandung Indonesia Raya,
Saat kita duduk diam di atas sofa.
namun percuma saja, senandungnya tak lagi merdu
Karena kita membiarkan Sang Garuda dalam nestapa…
Kini wajahmu semakin muram wahai garudaku,
Melihat kepalsuan yang di agungkan
Menyaksikan keadilan perlahan hilang,
Karena meja hijau dan amanatnya telah dilelang!
Keadilan telah jauh di lemparkan
tak ada lagi pembimbing menuju masa depan
Pembenaran tindakan menjadi lembaran,
berteriak seperti pahlawan, namun sesungguhnya kabarkan kepalsuan
saatnya kita bangun kawan
atau tetap diam duduk di atas sofa
mendengar parau senandung Indonesia Raya
dan membiarkan sang garuda di rundung duka
Abdie,17202011
Kado Untuk Presiden
Luka menganga tak terobati dalam sebuah lembaga
Mempermainkan Undang - Undang kerdilkan jiwa
Seragam lusuh para polisi, di kotori bercak darah
Darah demonstran yang bernyanyi lagu jelata
Idiologi yang tercabik, kuku tajam berkedok agama
Mengurung makna PANCASILA
Penjarakan BHINNEKA TUNGGAL IKA
MERAH PUTIH terbakar angkara murka
Orang pinggiran semakin tersisihkan
Tak lagi rasakan kenyamanan
Karena keyakinannya di lempar batu
Hingga halaman rumahnya menjadi kolam darah
Kitab Undang - Undang tenggelam di laut merah
Mahkota rajapun di injak-injak
sangkur hukum telah tumpul,
tak mampu menusuk jantung
Jantung para koruptor dan politisi kotor
Wahai pemegang amanah jelata
Jangan biarkan kedaulatan di jarah
Jangan biarkan prahara di tanah pusaka
Jangan biarkan darah anak bangsa mengucur sia - sia
Wahai penguasa negeri
Hukum harus lebih tinggi
Tak boleh di kalahkan keinginan politisi, polisi,
Perwira tentara, birokrat dan konglomerat
Kecuali kau berkaca di air comberan
Abdie,11022010
Aku Menanti
Air mata ini karena bahagia dan sedih,
Menanti indahnya kasih di dunia fana
Menanti ibu pertiwi kembali tersenyum
Aku menanti petunjuk langit
Berharap manusia lahir di cakrawala
Di dampingi malaikat - malaikat suci
meski tanpa dandanan tetap berjalan
untuk membuka pintu kehidupan
menyatakan kebenaran,
keberadaan penghuni bumi
Abdie,12022010
Tetes Terakhir
Aku tak melarangmu memuji pelangi
Namun aku mohon jgn lupa pemilik langit
Aku takan melarangmu memuja keindahan dunia
Aku hanya minta ingatlah penguasa segalanya
Pencipta langit dan bumi, muara segala puja dan puj
boleh saja kau baca kata - kata bijak
yang menghiasi tiap lembar sajak
namun kuminta jangan terlalu kau percaya
bukan aku meremehkan, sebab kebenarannya diragukan
karena itu bukan kitab suci, atau firman tentang kebenara
Aku minta jangan kau masukkan namaku dihati
Jika hanya membuatmu rasakan gersang
Namun ukirlah asma Tuhan
Sampai tenang kau rasakan
Wajar saja kau rasa sedih, saat kasih sayangmu di dustakan
Namun menangislah saat kau menyadari telah mendustakan Tuhan
Pemilik kasih sayang abadi
Kan ku biarkan kau menangis,
hingga tetes terakhir
Abdie,03032011
Apa Benar
Apa benar bicaramu itu suara hati
Saat bibirmu berkata manis
Mengapa perih dan sakit aku rasakan
Aku pikir lebih baik kau diam
Apa benar bicaramu itu ungkapan perasaan
Saat lantang kau teriakkan
mengapa pendengaranku luka
Rasaku juga katakan kecewa
Apa benar kau miliki hati,
Hingga kulihat semuanya meninggalkanmu pergi
Apa benar kau miliki rasa
Hingga semua orang memandangmu sebelah mata
Abdie,04032010
Sebait Tak Berarti
Keluh, tak pernah ingin ku ucap
Meski lelah dan terasa berat
Tak ingin berhenti telusuri jalan setapak
Langkahku tertantang, melihat jalan yang panjang
Meski duri menyelimuti jalan yang ku lalui
Lentera cakrawala menggantung di langit terbuka
Menerangi pengembaraanku, walau tak tahu berujung di mana
Aku hanya berharap hidup ini tak sia-sia
Dan, tuaku nanti bukan hanya hitungan angka
Cerita kosong tanpa makna, krn tak mau mencari makna
Aku bukan mereka, yang penyesalannya memenuhi rumah ibadah
Aku bukan mereka yang berharap jadi penghuni istana
Aku hanya ingin pecahkan teka-teki kehidupan, tiada pamrih atau imbalan
Aku tak mau menjadi jiwa yang kesakitan, di karenakan pengkhianatan
Abdie,08032011
Permataku
Dalam lanjut usiaku
Tak pernah surut dalam hatiku
Terukir indah dalam beranda rasa
yang kunamakan 'rindu'
Abadi seperti waktu, meski berjuta kali ganti baju
Tak redup seperti mentari, yg selalu terangi zaman berlalu
Bayangmu membuat haru, kala aku mengenang semua kasihmu
Begitu tulus dan murni, jalankan semua perintah Nya
menjadi lihat untuk mataku, menjadi langkah untuk kakiku
samudra untuk perahuku
Bulir bening jatuh di sudut mataku
Kau seperti purnama, hingga aku tak inginkan siang
Kau seperti mentari, hingga aku tak inginkan malam
Kau adalah lautan penuh kasih
Andaikan aku mengenal Tuhan
Akan ku mohonkan, dengan setetes kasih sayangku
Muliakanlah dia, atas ketulusan, keikhlasan, pengabdiannya
Dialah permataku
Dia adalah " Ibuku"
Abdie,08032011
Jiwa Yang Meomohon
Jiwa - jiwa terkapar
dalam ruang kesedihan
Saat langit jatuhkan keraguan
Hingga bimbang landa lemahnya hati
Berharap angin sampaikan pesan
Datangkan harum semerbak bunga
Bawalah nafas harumnya sampai ke pegunungan
Memberi jiwa - jiwa kasih sayang
Mengajaknya segera terbang
Tinggalkan asap racun yg menembus perasaan
Hingga lelap dalam buaian semilir angin,,
Abdie,10032011
Angin Parahyangan
semilir,
mewangi angin parahyangan
mengusap wajah,
halus menembus ubun-ubun
wangi angin kahyangan
berbisik seraya berpesan
pada jiwa yg terasingkan
menanti senja petang di balik awan
wangi angin kahyangan
menuju gunung lantunkan kidung
meresap ke dalam relung
lirih jiwa memuja maha agung
wangi angin kahyangan
sangga buana, raksa pandita
raksa jagat demi sesama
semata hidup adalah pengabdian
Abdie, 260311
Langganan:
Postingan (Atom)