Ae. R


Kamis, 16 Februari 2012

Karya Sekarat

kebenaran?
ah, hanya sajak
karangan penyair sekarat
yang terbaring di ranjang gejolak
samar...

berharap pada sunyi
tuk temukan pengertian
warna suara dan bentuk bait
di penantian akhir
abstrak...


Abdie, 2012

Bahasa Basi

Lihatlah!
tarian para pengagung
liar di riuh pesta adu kuasa
mengumbar syahwat di atas panggung demokrasi

ah, dasar politisi
tebar pesona mulutmu bau terasi
jabatan membuat nuranimu erosi
masih saja bahasa basimu atasnamakan hati
namun kami kau bohongi

dendang birokrat berkalung dasi
mirip audisi sinetron di televisi
saling sikut berebut posisi
padahal hari ini kami butuh sepiring nasi

logika politikmu,
meng-kremasi hak anak-anak negeri
maaf tuan dan nyonya politisi!
ini bukan suara hati, bukan pula puisi
hanya efek samping nonton acara televisi

tuan dan nyonya politisi,
ini baru suara hati di tambah emosi
bagiku kalian hanyalah tikus mati
di lumbung kami...
yang tidak merasa,
tak perlu angkat besi
senyum saja tunjukkan gigi..


Abdie, 2012

Birokrat vs Rakyat

Birokrat,
jas hitam berdasi coklat
kerjanya hanya rapat, jarang keluarkan  keringat
kadang menjilat (pantat) demi kenaikan pangkat
lupakan sumpah dan amanah rakyat
yang membuatnya menjadi birokrat...

Rakyat,
berbaju coklat bau keringat
sepulang demo di halaman gedung dewan terhormat
menuntut haknya yang di kebiri oknum pejabat
yang lupa amanah dan daulat...


Abdie, 2012

Cerita Trotoar

penantian panjang
lembaran pengharapan
dalam sketsa resah lukisan dinding
aroma masa depan pun tak menentu

geram bocah-bocah
menerka nasib di ujung jalan
dengan bandana merah di kepala
menjadi orang asing di negeri sendiri

berbaris di trotoar
berharap matahari kirimkan badai
tuk membakar ambisi hanguskan kepalsuan
yang sembunyi di balik baju kekuasaan


Abdie, 2012

Siloka Sunda

nganteur lamunan mapay laratan
di jalan nu taringgul ku babatuan
hayang tepi kanu jugjugan
pangbalikan kahirupan nu sa enyana

di jalan kalah panggih jeung nyi mojang
matak hanjakal mun teu di ajak kenalan
komo ningali manehna sura seuri siga nu merean
tungtungna kuring poho kana pamadegan

memang ngeunah kacida
leuleumpangan di jalan babatuan


Abdie,2012

Politikku Politikkita

Dulu,
ia seperti peluru
desingannya mampu menembus jantung
rebahkan tubuh-tubuh, sejarahpun berdarah

Kini,
ia seperti madu
lebih manis tetapi berbau amis
mulut manis semburkan racun berbisa

akibatnya,
kelaparan di mana-mana
perseteruan paham menjadi hiburan kekerasan
perang saudara mengancam kedaulatan negara

Politikku-politikkita,
dari dulu hingga kini tetap sama
cara tepat kilat mengantar negeri ini sekarat


Abdie,2012

Doktrin-Nasi

jabatan
kekuasaan
kesewenang-wenangan
sikut kiri kanan
harga diri tergantung penawaran
asal tercapai keinginan
lalu jabat tangan tandai kesepakatan
tak peduli penumpang oleng di jalanan
dan teriak meminta keadilan...


Abdie,2012

Berkacalah Anakku

Anakku!
Puisi itu kamu sendiri
Bacakan saja
Sekeras cadas jika kau mau

Tetapi ingatlah anakku,
Perbuatanmu harus selembut sutera
Tak perlu kau teriak tentang tuhan dan keyakinan
Berbuat saja dengan kesadaran penuh kasih sayang
Layaknya penghuni rimba, jalankan karma dan darma
Dalam kehidupanmu sendiri...

Tak perlu larut dalam perdebatan keimanan
jika kau ingin tahu, mengapa?
Berkacalah anakku!
Lihat! kita bukan manusia mulia...


Abdie, 2012
Google pict