Ae. R


Sabtu, 18 Juni 2011

1945 sampai sekarang

perjuangan belum berakhir, bahkan tidak ada akhir
Ingat saja sesuatu yang mungkin kita lupakan
Jiwa INDONESIA yang terbentuk dari ribuan nyawa menjadi satu
Hilang, sembunyi atau di asingkan dimana?

Bait  naskah PROKLAMASI  pemersatu anak negeri
Gagah GARUDA dengan kata sakti PANCASILA
Lima dasarnya genggam perbedaan, BHINNEKA TUNGGAL IKA
sabang sampai marauke menjadi satu kesatuan, "REPUBLIK INDONESIA'''
Lirik merdu lagu kebangsaan INDONESIA RAYA
Kibar Sang saka MERAH PUTIH, pemersatu jutaan warna  
Maklumat sakral UUD 1945 

Hilang, sembunyi atau di asingkan dimana jiwa itu
Atau mati di bunuh ketamakan kaum yang mengaku beradab
Kini negeri ini telah merdeka,meski kibar merah putih tak tergoyah
Jutaan kepala bersandar di tiangnya,namun kehilangan KEMERDEKAAN  nya

Tak bisa lagi berpikir merdeka, bahkan saat pergi ke tempat peribadhatanpun di sesatkan
Dulu begitu lantang ku dengar teriakan MERDEKA
Kini hanya kudengar jeritan (MERDEK}.............AAAAAAAA
Aku hanya berharap JIWA itu segera bangkit kembali

Dermaga Bisu

kupandang gelombang di ujung malam
menusuk tulang dinginnya pengharapan
menggenang hamparan angan berdendang
melukis bayang saat kata tak terbaca

tak sekokoh yang kita kira
tegar karang hadang gelombang
semata telah ia titipkan tiap hela nafas
pada riak ombak dan kedalaman samudra

aku yang lusuh telusuri lorong di riuh siang
memanggil namamu di kesunyian...

di bawah temaram lentera sunyi
terbentang jalan menuju dermaga
saat kau beri aku dayung dan sampan kayu jati
mengajakku berlayar arungi samudra

bersamamu,
sebrangi sepi
tepikan diri
tenggelamkan belati

bersamamu,
dermagaku tak lagi bisu



abdie,27052011

Blank

cukup jauh,
memaksa kaki mengayun langkah
tanpa hiraukan bisik hati serukan arah
ku abaikan semua keluh dan kesah
tanpa tahu yang ku tuju puncak atau lembah

se-iring waktu,
tanpa hiraukan putaran, terus berjalan
susuri tiap lekuk dan liku kehidupan
langkah berakhir pada penyesalan

cukup jauh, se-iring waktu
tanpa putaran ku berjalan
tanpa hiraukan suara hati

sayang..
untuk apa aku punya hati?
Bisa kah kau berikan jawaban?
malam ini aku lagi Blankkkkkk...



abdie,01062011

Budak Biasa

kata kata adalah tuanku
kalimat adalah gembalaku
menjadi  bait dalam tubuhku

bukan pencinta pemelihara kata
bukan pula petapa dan pengelana
yang miliki sederet makna hakikat kembara

pada sayap burung kuterbangkan
bait bait tubuh yang mengering
berharap sampai pada pohon dan ranting

rindu pada gelap tanpa lampu
cinta pada cahaya tanpa purnama
dengan rindu dan cinta kulukis gelap dan cahaya

nyata,
aku hanya budak biasa




abdie,01062011

Tak Ada Diksi

hanya ku temukan sampah
kubiarkan saja rasa mengeja makna
bebaskan hatimu menafsir arti
tanpa terbatasi teori tulis pun baca puisi

indah itu bukanlah diksi
yang tak di mengerti pada selembar puisi
pun alunan rima yang tak dipahami dalam sajak

ketika kata ku piara
jadilah ia kurus kering
tak berarti apalagi bermakna

ketika kata ku jadikan gembala
ia membawaku menuju sabana
menjadi mata air di padang gersang
menjadi pohon yang rindang di gurun pasir

bebaskan saja hati
senja ini tak ada diksi



abdie,02062011

Seberang Jalan

mengingat kepergianmu
nampak jelas luka menganga

namun kali ini tak ada air mata
membasahi jalan bekas pijakan

ia menjemputmu,
yang pasrah tergolek lemah, 
lunglai tanganku tak berdaya
hanya pejamkan mata

hari ini, sebelas tahun yang lalu
tinggalkan sketsa,
dan ku masih terluka
di seberang jalan yang sama...




abdie,02062011

Untukmu Kawan

lucu juga,
gara gara dunia maya
kita saling menyapa
bertutur tentang katakata
kawan dan segala kenangan, rindu pun cinta

tersenyum sendiri, saat jemari menari
sepertinya malam pun tertawa geli
melihat polah kita, yang kadang terlena
mengeja makna dunia maya...

saling mengisi,
jujur atau dusta siapa peduli
kita sama sama mengaku punya hati!
saat nyata tak berikan ruang silaturahmi

jujur saja pada rasa,
karena bohong tetap tak ada tempat dalam nyata pun maya
bercanda, saling berbagi cerita
seakan  jauh dari prahara, huru hara

pun ada, cakap silang sengketa
anggap saja bumbu penyedap rasa
tak perlu merasa terhina
ketika kita sadar kita memang hina

keluh,
karena kita sama sama jenuh
melihat nyata kehidupan yang semakin kisruh
saksikan opera politik yang berakhir rusuh
di atas tanah tempat kita bersimpuh

terimakasih kawan, 
mesra persahabatan semoga tidak terberai
tidak seperti perdebatan di gedung rakyat berakhir tikai
memperpanjang catatan suram sejarah negeri generasi nanti

tak ada maksud apa apa
hanya cerita tentang lucunya dunia maya
yang mampu tautkan hati dalam kata kata
untukmu kawan salam sejahtera....



abdie, 03062011




Senja Di Kaki Manglayang

di sini masih ada,
hening senja yang bisa kunikmati
di bawah rindang angsana merah
bersama semilir kulepas lelah

cengkerama tentang semarak
peradaban yang kian mendekat 
entah berapa lama lagi, sampai ke sini
mengubur hening senja ini

saat ini masih bertahta
suara suara, burung dan penghuni hutan
udara tak cemas teracuni
entah sampai kapan...

aku bisa apa?
selain berucap turut berduka
pada pohon pohon yang diam
pada bisu bebatuan

kabarkan, sisa masa
dari hening yang masih ada
sebelum terbunuh gemuruh peradaban



abdie, Manglayang 03062011

Lukisan Senja

Menyulam senja serupa bingkai
Lukisan ilalang di taman bunga
Menari, meliuk ikuti arah angin
Tak terlewatkan tiap detak nadi

Lihatlah...!!!
Sang surya sembunyi di balik mega
Bukan  mendung, isyaratkan hujan
Namun berikan teduhnya, pada ilalang yang riang
Berdendang di hamparan kenang

Di sini,
Ku tatap cakrawala
Membingkai  segala aksara
Pun sketsa tentang rasa
aku adalah kamu…

Matamu  serupa tatap mataku
hingga, tatapan bertemu
dalam lukisan senja



abdie,03062011



Tiada Pernah Sirna

gemerisik dedaun menggoda rasa
siapkan pena tuliskan cerita 
yang terbakar di pucuk cemara

bola api cakrawala
berpendar di sela daun 
menari meliuk tertiup dendang angin 

kerling mata dan lentik jemari penari Bali dalam imaji
sempurnakan pandang lengkapi kenang
lengkapi selembar catatan bara kembara

meski kejora menghilang di balik awan
tiada pernah sirna kata kata
merangkai kisah kelana...




abdie, Bromo 2001

Bola Api Cakrawala

ku kira karang
nyatanya arang
sama hitamnya saja...

menyempit,
cakrawala di kelopak mata
saat ku tak lagi peduli
gelombang menerjang karang

ku hanya ingin selesaikan sebait pesan
lambaian flamboyan di pinggir kolam

tak perlu menunggu menggenang
sebelum waktu menggulung siang
tanpa hamparan kenang jelang petang
siasia nyala bara tanpa makna, hanya arang 

lihatlah, bola api cakrawala...
meski  mega menghalang bergantian
tak pernah bosan nyalakan bara memakna
meski tak ada desah kerinduan
...



abdie, 07062011

Menunggu Usang

terbata mengeja makna
telinga tuli menangkap arti,
kalimat bisu dalam catatan
terkoyak telaga di rona senja

berserak, tanda tanda
menghitam di ujung siang
peluh yang mengalir
terisak di mata air...

tak terbaca
tak lagi terasa
membisu huruf
di selaput senja

menunggu usang
di beranda masa
angsa putih terus
berdendang...



abdie, 06062011

Taman Kehidupan

hening menyapa,
bersama semilir engkau hadir
mengisi ruang kosong jiwaku
yang merindu makna hakiki 

dibalik untaian kata
cinta, rindu, marah, dan dendam
yang jadi jembatan emas 
penghubung pun pemisah

keberadaan aku dan kamu
di taman kehidupan
...



abdie,16062011

Wanita Itu

tak ada keraguan
tempuh segala bahtera
tak ada kebimbangan
menghadang gelombang

tidak ada keangkuhan
saat layar layarnya berkibar
di atas perahunya waktu berlayar
kokoh tiangnya berkilau di terangi mentari

membelah samudra kehidupan
meski bergulung gulung gelombang
menerjang, menghantam keseimbangan
ia tetap tabah bertahan tak mengubah haluan

tiada harga,
untuk seorang wanita
ia tak ternilai oleh angka angka
bukan pemuas syahwat semata

adalah udara.
yang kita hirup saat tertawa
ketika duduk pun memejamkan mata
jadi energi di dalam gulita
mengisi setiap rongga cakrawala
hembuskan bara dan nyala kehidupan
redup pun kembali berkobar

adalah hakiki,
kasih sayang berasal
tulus kerinduan di batas cakrawala
kemurnian cinta dan pengabdian

saat angka tak mampu menyentuh
tiap lekuk dan liku liku kehidupan
ia mampu sentuh setiap penjuru ruang
tak ada batas waktu beri hembusan

entah denganmu!?
karena ini rasaku
wanita itu,

ibarat udara
ruang dan waktu
hembusan dan helaan 
menyatu menjadi satu




abdie, Manglayang 2009



Biarkan Saja

Usah kau hapus air mata itu
Biarkan jadi samudra segala rasa
Suka duka, lara pun bahagia
Selalu ada airmata...

Biar saja ia mengalir
Telusuri ruang bersama semilir
Menggerus kerasnya cadas
Dan membasahi keringnya lembah jiwa

Biarkan menggenang laksana telaga
Dengan percik yang warna warni
Mengiringi dendang sunyi
Menanti mentari esok pagi



abdie, kamarku 18062011

Mimpiku Beku

dengarlah denyut nadi
berhentilah membunuh diri
dengan kata cinta dan air mata
karena tak akan membuatku haru

nikmati saja detak jantung 
itu irama hidup, meski esok pagi 
tak kau rasakan hangat mentari
karena bianglala tetaplah milik cakrawala

impianmu yang membeku
memahat rusuk menjadi bentuk
tak perlu kau sesalkan
jadikan saja buku bacaan

bianglala itu ada
di cakrawalamu
...



abdie, Kamarku 2001