Ae. R


Jumat, 24 Juni 2011

Sajak Senjaku

di lorong - lorong
dedaun kering bertebaran
sesekali terbang terbawa angin

sampai di taman pinggiran kota
dedaun bertemu ranting - ranting kering 
saling menyapa tukar cerita kerinduan
pada dahan yang katanya di gadaikan

pembesar asik nonton berita
nilai tukar yang semakin parah
menukar lahan dengan nyawa
gadis muda menukar lapar dengan paha

tergolek lemah, tetua kampung
uratnya sobek denyutnya me-lemah
hutannya rusak karena dijarah
udara di ujung cerobong

duhai senja,
sampai kapan rona merahmu
bersetubuh dengan waktu
nikmati udara tanpa bubuk mesiu


Abdie,24062011

Ibu

Ibu,kata yang paling indah untuk di ucapkan
Dan "Ibuku" panggilan termerdu yg miliki berjuta makna
Ibu, kata yang semerbak penuh kasih sayang, cinta dan impian, manis 
memancarkan pesona dari kedalaman rasa

Penegas, Ibu adalah penegas segalanya, saat kita dalam duka, lara, bahkan nista
Mata air dari kasih abadi, kemuliaan cinta, kebahagiaan dan ketulusan sebuah toleransi
Ibu, kaulah jiwa suci, yang senantiasa berdo'a, restumu tak pernah henti
Kaulah semesta yang selalu berikan kasih sayang tiada batas tanpa diminta

Kau ibarat bumi, Ibu dari segala benih yg di tabur di atasnya, menumbuhkannya,
menjaga dan membesarkan, memelihara pepohonan dan bunga- bunga,
hingga burung burung asik bersenandung
Ibu adalah jiwa suci, yg tulus mencintai bapa sebagai pelita semesta
Ibu kaulah wujud nyata cinta abadi dan kasih sayang


Abdie,11032011

Tak Kulihat Dijejak Kaki

penuh makna cinta, kasih sayang
kalimat rindumu membuatku terbuai, 
terpana saat kubaca, atas nama pencipta ini suara hatiku
tanganmu,, tak menggenggamnya
dijejak kakimu,, aku tak melihatnya
hatimu saja kau khianati
apalagi aku,,,

Abdie,15032011

Warta Pagi

kasih,
kata yang  indah lengkapi kalimatku ditiap bait puisi
tabir tanpa tafsir mimpiku bertemu nabi 
terbuai saat dibaca, sairnya luluhkan hati
Tanpa tapak kaki di bumi pertiwi

sayang,
kata penyempurnaku ditiap kalimat jabarkan kitab
lantang diucap, jadi tema di mimbar khotbah
inilah amanah para khalifah, bergema ke segala arah 
mencari sanjung dan puja para jemaah

kasih sayang,,,
tak bertepi di pinggir kali, 
bocah- bocah, temukannya di dalam tong sampah 
mimpi indah anak negri
warta pagi jelang sunami


Abdie,15032011

Keranda Bisu

Tak perlu kamu cari! karena Aku tdk bersembunyi
Hanya karena lupa diri, Aku tak pernah kau jumpai
Tiada guna kau mengejar karena Aku tak pernah lari
Hanya karena belum sadar menganggap Aku telah pergi
Apakah Aku, kau belum tahu,,,,,,,,,,
penglihatan di balik kedua matamu
pendengaran di balik telingamu
penciuman hidungmu
ucapan dari mulutmu
pandangan dalam otakmu
pemikiran dalam rasamu
terang dalam gelapmu
cinta dalam kebencianmu
kasih yang terkurung kedengkianmu
sinar yang redup oleh dendammu
kesucian yang terbungkus kotormu
kemuliaan yang terhalang kehinaanmu
keindahan kalimat sajakmu
penyair setiap lirik puisimu
Aku adalah ingatan yang dilupakanmu
Saat kau anggap Aku jauh, Aku selalu dekat bersamamu
Satu kedipan matapun Aku tak pernah menjauh
Masih ada jarak antara hitam dan putih matamu
Aku,,tdk ada jarak denganmu
Setapakpun tak pernah kulewatkan langkahmu
Karena langkahmu milikKu,,,
Akulah gerak seluruh tubuh murkamu
Siapakah Aku, kau belum tahu,,,,,,,,,,,,
kamu, yang terasingkan oleh pengkhianatanmu
kamu, yang terkalahkan amarahmu
kamu yang tersisihkan ambisimu
Aku,
hidupmu yang belum kau temukan
hidupmu yang harus kau nyatakan,,,,,,,
Dalam palsu kesaksianmu,,,,
kamu hanya keranda bisu,,


Abdie,16032011

Maya

Semesta terkesima,
melihat malaikat tertipu manusia
atas nama mahluk mulia
badranaya berbaur jelata,,
iblis menjelma di pohon delima
merahnya menjadi lampu taman kota
akal buntu krna membenci kemungkaran
tak mendengar suara hati yang mencintai kemaksiatan
badranaya menyembah malam,,
atas nama mahluk mulia
menanti petunjuk sang pujangga
dalam bayang peradaban dunia
agar nyata tetap menjadi maya,,

Abdie,17032011

Isarat Asap

sebatang rokok yang aku hisap 
bertuliskan dua, tiga dan empat
tanpa angka satu pun di balik asap
terus dan terus aku menghisap
kusemburkan kadang kubuat bulat
hingga asap beri isyarat tentang satu, yg ingin ku pahami
tidakah kau paham saat tegak berdiri
ujung rambut sampai tapak kaki
semua berasal dari ketiadaan
kau hanya kenal angka dari bacaan
dan keyakinanmu adalah kalam, katanya firman
yang sudah menunggu bersama bapamu sebelum kau di lahirkan
siap merayumu tawarkan kebenaran,atas nama akal dan pikiran
telah di siapkan sbg referensimu mengenal bilangan
dan huruf untuk kau eja mengenal Tuhan,,
bapakmu, juga kamu tidak tahu saat kau dilahirkan 
membawa sejuta kalam,,,

lihatlah asap yang kau semburkan, memenuhi seisi ruangan
tidakah kau paham ruang kosong ini menjadi isi,,
kosong tetapi isi, isi yang terlihat kosong,,
seperti malam tenggelamkan kalam,
nyatanya malam adalah kalam,,
yang kau lupakan,,,,,

lihatlah asap yang kau buat bulat, serupa bilangan nol
seperti itulah kebenaran, bulat tanpa sekat, dalam samar pandangan
krn ia adalah hakikat,tak terbaca akal dan pikiran
bukan nyata sesuatu yang terlihat, seperti angka dua, tiga dan empat
aku, asap dari ketiadaan, ada setelah kau semburkan,,
tempatku nanti, adalah ada dalam ketiadaan,,,


Abdie, 190311

Buku Tanpa Kalimat

Tak dapat ku hitung pasir putihmu
Walau hanya segenggam ku ambil
Kau seperti aksara dengan berjuta makna
Tak bisa kurangkai dengan sederhana

Engkaulah lautan kata - kata
yang membuatku bisu tak mampu bicara
Diakhir pandanganku tak ketemukan batasmu
hingga ku tertunduk menatap ujung jari kakiku

Engkaulah lautan, engkaulah kehidupan
Engkaulah kenyataan, bukan mimpi yang tak ku pahami
Engkau berikan segalanya
Aku melupakan semuanya

pada anginnya angin
pada tanahnya tanah
pada airnya air
pada apinya api

dalam sujudku yg berlumur ludah
di atas sajadah yg membasah merah
tuntun aku mengenal pasrah
hingga jiwa tak lagi resah

Abdie,Pangandaran 12092010

Untukmu Sofi Sahabatku

timbun kata di peti mati
anak kecil menari nari
tapak kaki berbekas duri
di halaman rumah si sofi

sang mentari pun geli
melihat sofi ikut menari
melukis merah muka pertiwi
gambarnya membuat nyeri

atas nama hati dan kitab suci
asik mencari tuhan dlm ilusi
kebenaran tetap tak dipahami
nyata esok hanya mimpi

kalimat tarekatmu tak berarti
saat kolong jembatan tak panen padi
kalimat hakikatmu cuma duri
saat hujan dengki memulai pagi

mengaku mengenal diri
nyatanya hanya kepentingan pribadi
menjual nama pencipta bumi
demi sebuah ambisi

terkenal sbg pengabdi
kau biarkan jalanan dibanjiri
dengan darah kitab suci
membasah merah tanah negri

mengaku kenal yg maha suci
krn akulah sang pengabdi
semua di anggap rahasia ilahi
nyata kemiskinan tak membuatmu peduli

aku sangsi kau mengenal diri
apalagi pencipta bumi
dasar kau sofi
membuat aku geli!


Abdie, Gunung Sangga Buana 22072006

Damaiku

ludahku bukan bisa cobra
tak mampu lumpuhkan mangsa
hembusku tak setajam reaksi kimia
membuat semua orang menjadi koma,

wangi mawarku hanyalah mimpi
tak mampu harumkan bumi
bukan juga 'tai' milik sendiri
dgn baunya penghuni bumi mudah mengenali
menebar maki dan dengki,

aku hanya, duri mencari damai,
dalam sumur berisi 'tai'ku sendiri

Abdie,2011

Wali Sanga

mengalun sabda- sabda
manusia jelmaan dewa
utusan kuasa semesta
terpancar cahaya 

riksa raga raksa buana
terang tanpa warna
memancar ke pulau-pulau
nyata wangi di bekas telapak


Abdie,11082007

Rokokku Bukan Candu

rokokku bukan candu,
hanya asap yang merindu
mengisi ruang dengan kepulan
menyibak skat dalam lingkaran

agar hampa tak lagi merana
dalam kalimat bertanda tanya
saat tengadah tak mampu menjawab
membalik telapak apa yang terlihat?

dibalik jari-jari yang telungkup 
tersirat sketsa sebentuk wujud
bernafas dengan lobang pori

ibu jari beri isarat
pada kelingking yang meratap
setelah berjalan siang tadi
menelan ludah menghirup racun

rokokku bukan candu,
hanya asap sepahit empedu
mengisi jiwa dengan kepulan
ruang hampa tak lagi merana


Abdie,24062011

Perempuan Dalam Damai

perempuan di bibir curam
menatap lembah tanpa dasar
bersiap bunuh diri,

se ekor burung gereja
hinggap di pundaknya
lalu terbang tanpa
kotoran di bajunya

ia melayang, berharap mati
di lembah tanpa dasar
ia abadi, tanpa tangisan


Abdie,23062011

Sepintas Nikmat

sepintas nikmat,
terbuai merdu bumbu diksi
terurai di bibir manis bergancu 
serupa rona senja merah muda
  
sepintas nikmat,
kenang melayang
terbentang angan
jelajahi alam raya
  
Sepintas nikmat, 
sahabat mengembara
menembus batas yang tak ada
tabir semesta tersirat cinta
 
sepintas nikmat,
rindu sebatas senggama
cinta sebatas angan 
merayu- rayu bibir bergancu
 
hakiki cinta sirna
dalam resah pagi yang gelisah
pengembara merana
di kursi tua...

 
Abdie,22022009


Wanita Tua Dalam Sajak

tak pernah beranjak
pencinta dari taman sajak
meski kitab kehilangan jejak
diambilnya daun jadikan sajak

pengganti kitab yang terinjak
deru seru marifat yang ngakak 
sentuh langit lupa detik berdetak

denyut nadi yang mencari nasi dalam kotak- kotak
tak membuat hatinya bergolak
tangan di kepal, mulut berkata seperti melawak

seruannya di sangka bijak
tafsirkan cinta dalam sajak
berharap mata -mata terbelalak
terlena sebait cerita keringat diketiak

sementara ibu semakin bengkak
oleh kitab- kitab yang meledak
sisakan tulang yang berserak
debu di wajah menjadi bedak

wanita tua, merangkak
dadanya sesak
di nafas-nafas budak
tanpa busana tergeletak
tanpa detak
...


Abdie,17082008