semedi, menyendiri mencari arti memahami diri
mencari makna berbaur jelata terhimpit kebijakan
menulis aksara dengan tangan dan kaki
pena mu adalah rasa...
pohon dalam baitmu mampu memberi teduh
gunung dalam larikmu mampu membuat luluh
langit dalam irama dan rima mu mampu membuat tersimpuh
bumi dalam tubuh sajakmu mampu menjadi penyejuk jiwa jiwa lusuh
sajak mu langkah kaki, bukan lah cinta tanpa arti
terkadang mati menjadi hidup, karena hidup seperti mati
puisimu adalah pasti keberadaan diri bukan memalsu fakta nyata
kehidupan bukanlah di isi angan dan mimpi sejuta asa
para punggawa negeri tak luput kau tuliskan
saat mereka meneguk nikmat anggur hasil jarahan
tokoh agama, birokrat jga konglomerat kau jadikan nyanyian
menghibur bocah bocah kelaparan yang terhempas peradaban
irama syair mu melantun terus mengalun
sesekali berpantun tentang sopan santun
yang kini menjadi langka di negeri yang ramah tamah
etika hanya sarat utama masuki istana megah
tak ragu kau hirup udara meski bercampur racun
tak ragu melangkah di atas ribuan duri
tak ragu dan bimbang berteman gelombang
tak ragu kau teriakkan kenyataan
bukan karena kemuliaanmu pun kepandaian serukan asma Tuhan
semata karena kebodohan dan hina diri yang kau rasakan
dalam tiap hembusan nafas dzikir yang kau lantunkan
ucapmu memohon ampun akan katiadaan kebaikan yang kau jalankan
kau sadar, lebih banyak orang menulis
tetapi lupa untuk membaca bahkan meninggalkan semua tulisannya
namun kau tak pernah beranjak, meninggalkan tubuh sajakmu
terus mengisi cawan cawan kosong tuk hilangkan dahaga sukma
pada petak dan ladang ladang gersang,
di jalanan pun di tengah hutan
kau nyatakan kata hati
karena kau tahu bahagia bukanlah sekedar berkata kata...
abdie, Kamarkoe 21052011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar