malam menelan kelam
mabuk di persimpangan jalan
melayang menuju awang-awang
tersadar tubuh di dalam jurang
dingin menusuk tembus jeruji hati
terpuruk di dalam ruang
hanya kecoa yang ku kenang
menemani tidurku setiap malam
udara bercampur pesing
embun pagi tak lagi bening
hangat mentari terhalang dinding
lusuh ratap mengharap
masih terbuka pintu tuk bertobat
sebelum mata ini tak lagi melihat
Tuhan!
kurelakan mata ini menjadi buta
agar tak kulihat lagi senyum manis racun itu
namun izinkanlah rasa ini terbuka
memandang indah matahariMu
Abdie,1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar