Ae. R


Kamis, 21 Juli 2011

Kopi Pagi Untukmu Burung Nazar


hukum tak berkutik
di cengkeraman politik
dalih-dalih kuasa siapkan taktik
menyembur bara dipicu pemantik

kemana tikus kan lari, saat lumbung terbakar api
ia menyelinap di ketiak srigala yang telah siapkan akomodasi
kini tikus asik tak henti bernyanyi, iramanya seperti tembakan berantai
menyulut amarah, ketar-ketir lalu kebakaran jenggotlah para petinggi partai

kepak sayap burung nazar makin melebar terus nyasar
kicaunya yang merdu mulai menyebar, cakarnya pun siap menyambar
mengira dirinya ksatria padahal pengecut, dengan pongahnya terus sesumbar
menggelar prahara di negeri tercinta, membuat jantung saudaranya berdebar

bersilat lidah siapkan senjata
untuk menembak si burung nazar
sebelum paruhnya semakin liar mengungkap fakta

tanpa sadar dagelan kata para tetua mulai membuka 
kebusukan yang tertutup slogan dan topeng pengabdian 
azasi jelata di kebiri, sebab suaranya hanya berguna saat pemilu belaka
kini tak didengar dan membisu di megahnya dinding gedung dewan

kopi pagi ini untukmu burung nazar,
mungkin agak terasa pahit, maklum saja kini gula tak lagi manis
dan bertambah pahit saja saat kulihat bocah telanjang dada meringis
menabur duka berharap iba, namun hanya dapatkan senyum sinis

masih mending jika kamu hanya setitik nila susu rusakpun hanya sebelanga
namun sandiwara politik yang kamu mainkan bisa hancurkan dunia
teruslah bernyanyi sampai tergugah nurani untuk kembali
secara ksatria  mengungkap kebenaran meski harus berperang demi kedamaian pertiwi

Abdie,Bandung 21072011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar