entah sajak atau puisi
yang membuat sungai -sungai mengering
hingga petak-petak tak lagi bersemi
dedaun pun tinggal senandung
entahlah,
siapa menumpang perahu retak
kan tiba waktu karam di dasar laut
tinggalkan sejarah nestapa gelombang
entahlah,
sajak atau puisi
birokrat atau politisi
karam di dasar tirani
tika peluh yang mengering
hanya menjadi coretan sia-sia
darah yang membeku di dinding zaman
menjadi limbah keserakahan
tak terbaca dalam naskah kebijakan
ketika sumpah berubah penghianatan
pun dalam bait sajak dan puisi
hanya menjadi guguran keindahan dalam kata-kata belaka
entah sajak atau puisi
birokrat atau politisi
bermuka tebal bermata bebal
ketika pasta gigi menjadi anti air mata
mewarnai wajah para demonstran
yang teriak memohon keadilan
mewakili jerit dan air mata yang kesakitan
entahlah,
ini sajak atau puisi
bukan, inilah limbah emosi
melihat kantung tebal mata pemimpin negeri
yang tangisnya semata keluhan pribadi
bukan jeritan anak-anak negeri
yang mengantarkannya ke kasta tertinggi
Abdie, 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar