Ae. R


Kamis, 25 Oktober 2012

Brownis Amanda

kita hanya beda paham
bukan beda keyakinan
sepertinya,
kita harus bertanva pada awan hitam
darimana awan putih berasal
agar damai,
bukan lagi tujuan tak tercapai
dan sorga tidak seperti brownis amanda
mengambang di atas mega
nikmat dalam hayal tak pernah terasa




Abdie,2012

Cuap-Cuap

Sebait kebijakan, katanya
Meretas jalan popularitas
Koar - koar lisensi masa kini
Seperti antrian berebut tiket pertunjukkan
Degradasi moral melanda pejabat teras
Dan beranda negeri kian memanas
Kata kata tetua,
Pujangga setara nabipun
Hanya jadi ampas pekat tak terungkap
Menguap lalu hilang di genggaman kekuasaan...

Cuap - cuap,
Janji - janji pengabdian
Musnah dalam naskah perjanjian
Di bawah meja taruhan




Abdie,101312

Duhai Demokrasi

kapan lenyap
tebalnya awan hitam
yang menutupi senyum
pertanda suka cita anak bangsa

kemana kepastian berpaling
jika tuhanpun hanya jadi sumpah angin
membadai, porak porandakan kehidupan
daun, ranting, dahan hingga akar rumput
hampir musnah oleh angkara yang meraja

perampok, pembunuh bahkan pemerkosa
kenakan seragam yang sama
berunding di meja sejahtera
mengasah mata yang telah buta
mengasuh hati yang telah mati
ludah - ludahnya basi,
enggan meminang matahari
asik berdebat filsafat keadilan
bersilat lidah tentang kemanusiaan

duhai demokrasi,
kau seperti kantung jenazah
berisi azasi anak - anak negeri


Abdie,101612

Selasa, 23 Oktober 2012

Dirimu

takkan menghilang
siluet yang membayang
tanpa bingkai di dinding kenang

sebab rindu ini
serupa pahatan mengukir musim
berharap udara utuh menjelma
dirimu...


Abdie,101012

Ah

terkadang hidup
serupa situs jual beli
tawarkan segala yang tak pernah terduga
tak terkecuali nurani yang katanya puisi

meski di cangkir yang sama
ampas yang tersisa mungkin beda
hidangan beranda menyambut senja
menjadi sajak kenangan tanda mata

serupa mata kail
berumpan sesal memancing sadar
ah, karena kenangan bodoh
kau sebut aku penyair!?

tahukah kau,
siapa kita di mata kenangan
hanya sesosok kebodohan
yang membisu di warna beling



Abdie,101012

Minggu, 14 Oktober 2012

Ingat Dan Lihatlah

anakku!
untuk sebuah itikad
dalam sehembus nafas
tak ada hari kiamat
meski pagi esok atau detik ini
rumah duka itu adalah sebentuk jasadmu
hanya tapak kaki, pembeda jejak
baik buruk ceritamu atau pengulangan masa lalu
yang kau tinggalkan

ingatlah!
kini bukan lagi zaman nabi
atau perjalanan heroiknya para wali
yang mencipta tafsir-tafsir mimpi dalam sunyi
demi hakiki nyata damai yang abadi

lihatlah!
jejak sebaris riwayat
yang dulu terkubur sekarang berucap
bahkan lantang teriak di kemilaunya mimbar zaman
mengumbar asma menuntun hasrat di jalanan
tuhanpun jadi penegas halalkan kedengkian
merasa jatidiri adalah kesempurnaan

anakku!
jika tafsir-tafsir masalalu membuat ragu
temukan saja dirimu di balik baju rajutan ibumu
yang sedari dulu hangat kasih dan sayangnya,
tak pernah terhenti di detak waktu
mendekap jasad-jasad kaku
nabi, wali, fir'aun bahkan jasad dirimu
yang menjadi cermin retak tiap lelaku
jadi lukisan hidup dalam amanah sehembus nafas
yang takkan pernah beku



Ae,2010
Rinduku


sayang!
rinduku sebatas hidup 
bukan sebutir atau sebiji tasbih 
yang di untai membatas hitungan dzikir
di keheningan




Abdie,2012

Untukmu

lelah ini
memang kurasakan
namun bukan hambatan
meski harus beribu atau berjuta kali
kutelusuri taman sajak ini
untuk menemukanmu

untukmu!
bukan puisi bertema kangen
yang terpendam dalam angan
bercerita tentang rindu akan dirimu
kubiarkan cinta bicara
agar tak ada lagi ungkapan atau bait do'a
namun nyata hidup yang diriku abdikan
untuk hidupmu!



Abdie,2012

Pusara Tubuh Kita

Sayang!
senafas senja kita bicara
selepas dahaga meneguk cinta
dalam apa yang kita rasa
akankah jadi cerita sia-sia sebuah pusara!?

bukan tidak mungkin hidup kita sama
dalam alur cerita yang berbeda
mata mana yang terjaga,
kiri kanan sama saja

Sayang!
sorga atau neraka
tak perlu jadi pilihan sebuah pandangan
kita rasakan saja cinta atau amarah yang berbicara
dalam pusara tubuh kita



Abdie,101012