Ae. R


Jumat, 07 Desember 2012

Dendang Malam

gurindam malam
mengenang kelam

tragedi hati
membara negeri

menjarah sejarah
bersimbah darah

orang berdasi duduk di kursi

berkhutbah tentang tatanan azasi

moral agama menelan ludah
memandang umat bermata merah

mengusung pedang di tepi jurang
teriak lantang nyatakan perang

muak memandang perbedaan
runtuh sudah pilar kesatuan

hukum kenakan seragam keadilan
ternoda jasa perjanjian kekuasaan
...

jika saja
tuhan yang berbicara
tragedi hati takkan pernah ada
dan sara bukan lagi desain panggung angkara

setelah Lampung,
seharusnya tak ada lagi
kecuali memang itu sebuah skenario teror
demi satu kepentingan....



Abdie,2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar