Ae. R


Jumat, 20 April 2012

Anakku 2

berjalanlah,
sambut masa depan
beri ia senyuman
meski berwajah garang

jadilah penunggang zaman
dengan keyakinanmu sebagai kendali
arahkan ia menuju harapanmu
biarkan hidup tentukan pilihanmu

tak perlu terpaku peribahasa lalu
sebab sudah terlalu banyak timbulkan korban
berikan saja cintamu untuk semua orang meski tanpa senyum
daripada mengumbar senyum kepalsuan

anakku, nanti kau akan faham
jika kelak orang bertanya tentang cinta
sambut dan berikanlah senyum tulusmu
sebab ia bukanlah hakikat yang tabu untuk di ungkap

anakku, tersenyumlah
sebab wajah masa depan tidaklah garang
ketika keyakinanmu mengunci dendam di tubuhmu
dan senyum yang di balut cinta tidak akan timbulkan korban


Abdie, Sumedang 20042012
Sajak Gersang

lalu lalang
otak-otak tegang
hiasi wajah- wajah garang
seru serbu menjadi genderang
ayat-ayat menjelma batu dan parang
keyakinanpun kembali jadi medan perang
entah kapan negeri ini menjadi tenang
hidup berdampingan bergandengan 
dan judul sajakku nanti tentunya bukanlah sajak gersang


Abdie, 20042012





Nafas Baru Itu Aku

bapak dan ibuku bilang,
cinta itu indah cinta itu nikmat
keindahannya menghiasi celah waktu
kenikmatannya mampu menghapus jarak antara celah dan waktu
ketika hembusan nafas kami menyatu
tak ada keraguan ciptakan nafas- nafas baru...

seperti aku, kata mereka
nafas mungil yang lahir di awali tangisan
yang entah sesak atau muak
ketika menghirup nafas awali kehidupan
...
seiring waktu berjalan
lewati siang lalui malam
telusuri manjanya siang dan binalnya malam
nafasku mengalir, merambat di tiap celah tanpa ragu mengisi waktu

kuhampiri gedung -gedung menjulang tinggi
yang di bangun di atas pemakaman azasi
berdiri angkuh menantang matahari
konon katanya menjadi simbol kemajuan negeri
entahlah...
kutelusuri jalanan,
yang jajakan segala hasrat tawarkan syahwat
senyum dan siul merayu, mata- mata berkedip genit
demi masa depan yang entah cerah atau mengenaskan
denting beling dan tajam taring pun bersekutu mencabik kehidupan
beradu nafas mengiringi perjalanan waktu

kini di siini,
nafas sunyi memutar pandang telusuri seisi ruang
menatap hitam putih yang jadi sketsa lukisan
nafas mungil yang berjalan bersama waktu
mencari celah di dinding zaman tuk sekedar lepaskan sesak dan muak
saat menatap wajah garang masa depan siap menerkam nafas-nafas baru...


Abdie Sumedang,010112

Kamu 2

di sini,
mata memutar pandang
sekejap tatap singgah pada wajah
senyumnya, menjadi bait sorga penuntunku
mengantar lelaku masuki ruang waktu
tuk hentikan detak pembatas detik berputar
hingga tak ada lagi batas waktu mengagungkan
namamu, wujud rinduku...
dan tulus senyummu temani kubersemayam nanti
di beranda sunyi...


Abdie, Jtr 2012

Senin, 16 April 2012

Nafas Sunyi

sengal nafas menghampiri
saat sunyi memanggil sepi
rebahkan bahu pada dinding waktu
lirih memanggil cinta yang hilang

lipatan waktu terbagi dua
menyatu dalam kenangan masa
menggali bayangan silam
pada tebalnya debu jalanan

ketika do'a laksana senadung
tulisan kelampun jadi kidung agung
sunyi ini sisakan nafas
tuk mencari labuhan kata-kata mencintaimu...


Abdie,Pangandaran 2012
Hatiku Kamus Abadiku

terjemahkan berjuta diksi
yang merangkai wujud memadu dalam kehidupan
pun dedaun kering dan bening embun
di bawah sinar matahari 

degup jantung dan denyut nadi
menjadi isyarat kehidupan
dalam putaran menuju titik awal perjalanan
ketika hakikat yang mengikat keabadian
adalah wujud yang harus dinyatakan dalam kehidupan
bukan semata kiasan firman - firman tetang keagungan 
yang menjadi perdebatan keyakinan

hatiku berkata,
tak perlu atasnamakan sepenggal kisah suci para nabi
sebab mereka adalah orang biasa yang mencari takdirnya sendiri
dalam degup jantung dan denyut nadinya yang terbungkus fana
berupaya menjadi manusia 

berguru pada kesombongan bercermin pada kemunafikan
memahami wujud nyata sebuah keangkuhan
hatiku bertanya benarkah kamu manusia?

Abdie, 2012




Minggu, 15 April 2012

Terangilah Duhai Malam

malam,
semoga kau tetap terang
terangi tubuh-tubuh yang berjalan
merayu nasib dalam genggaman zaman
ketika pengharapan samar dalam temaram
lampu-lampu jalan...

mereka senandungkan keresahan
kidung suci dari balik polesan bibir
ungkapan hati memahami cinta
dalam gemerlapnya fana...


Abdie,2012

Tuanku

tuanku!
sepertinya anda butuh kamus
untuk terjemahkan hitam putihnya cinta
hingga tak perlu mengeluh di atas mimbar
bercerita tentang kesakitan yang tidak kau rasakan
sebab keluhmu hanyalah pesan singkat bukan keluh rakyat...

suara rakyatmu bukanlah teror
meski kadang teriakkannya terdengar eror
wajar saja sebab para wakilnya menganggap rumor
menjadikannya hiburan di panggung humor
tak peduli paripurna menjadi kotor
sebab sandiwaranya berhadiah pamor
membuat sang aktor menjadi tersohor

tuanku!
hitam putih hanyalah cerita
dan dalam kamus PANCASILA
cinta itu tak berwarna, tidak pudar di genggaman kuasa

tuanku!
tulisan ini hanya ceplok telor
tak perlu di tangani pasukan anti teror

Abdie,2012

Kamu

maju selangkah
tapaki sejengkal tanah
ada kasih yang tak punah

diantara aku dan resah
ada yang membuatku tabah
menuntun rinduku menuju satu arah


Abdie,2012

Di Tiap Detik

siang bagai peluru
menembus jantung rebahkan rindu
kini angan menyulam semilir sepi
merayu nazam temani sunyi

detak jarum jam seperti senandung malam
bangkitkan degup jantung merindu kalam
memahami arti lembut senyummu kekasih
di tiap detik putaran waktu...


Abdie,2012

Entahlah

entah sajak atau puisi
yang membuat sungai -sungai mengering
hingga petak-petak tak lagi bersemi
dedaun pun tinggal senandung

entahlah,
siapa menumpang perahu retak
kan tiba waktu karam di dasar laut
tinggalkan sejarah nestapa gelombang

entahlah,
sajak atau puisi
birokrat atau politisi
karam di dasar tirani
tika peluh yang mengering
hanya menjadi coretan sia-sia
darah yang membeku di dinding zaman
menjadi limbah keserakahan
tak terbaca dalam naskah kebijakan
ketika sumpah berubah penghianatan
pun dalam bait sajak dan puisi
hanya menjadi guguran keindahan dalam kata-kata belaka

entah sajak atau puisi
birokrat atau politisi
bermuka tebal bermata bebal
ketika pasta gigi menjadi anti air mata
mewarnai wajah para demonstran
yang teriak memohon keadilan
mewakili jerit dan air mata yang kesakitan

entahlah,
ini sajak atau puisi
bukan, inilah limbah emosi
melihat kantung tebal mata pemimpin negeri
yang tangisnya semata keluhan pribadi
bukan jeritan anak-anak negeri
yang mengantarkannya ke kasta tertinggi

Abdie, 2012

Minggu, 01 April 2012

Sajak Pantai

rantai partai
partai berantai
mengikat ambisi
membelenggu nurani

atasnamakan aspirasi
ramaikan panggung demokrasi
berkilah tentang idiologi

janji-janji konspirasi
bahasa basi dongeng suci
nina bobokan anak negeri

partai rantai
merangkai bangkai
menjadi bingkai
kedaulatan yang terberai


Abdie, 2012