Ilalang kering tertimpa ranting
bersahutan kicau burung di sisa dahan
melihat dedaunan berterbangan mencari tempat
bersemayam saat malam datang
apakah waktu bisa membuat setiap kita melepaskan cintanya
seperti pepohonan ini yang melepaskan daun daunnya
dan membiarkannya bersatu mengering
seperti ranting menimpa ilalang kering
bersimpuh di kaki ibu dalam hening
apakah cinta yang selamanya itu
benar benar nyata adanya?
agar warna pelangi tak lagi dinanti
hanya aku dan kamu
mencumbu kerlip kejora
nikmati terang purnama
kerakal langit cemburu dan membisu
melihat aku dan kamu
memungut dedaun kering
jadikan altar sebuah ikrar
agar nyata bukan lagi sebuah tanya
pandangan mata tanpa penglihatan rasa
aku selama kamu menanti pelangi
sampai ia pergi memberi warna
pada deras hujan yang mengguyur tubuhmu
takan terlepas tangan menggenggam
hingga lunglai itu
hingga bisu itu
hingga sirna itu
hingga warna itu
adalah aku dan kamu
saat hujan mulai berhenti
ia tak mampu menghentikanku
membasahi tubuhmu
dengan sejuta rasa
pernah di suatu ketika di sebuah senja
dedaun kering mencumbui bumi dicemburui langit yang agung
padahal saat itu sedang lembayung
terindah dari segala warna dan rona
lalu malam tiba menjemput bulan
saat kunang kunang bermesraan di bawah kelam
bintang mencemburui remang
padahal pantulan cahayanya lebih terang
cinta takkan tercermin dari apa yang
terlihat kasat mata
saat rasa yang merajai masa
hanya cinta yang tertata
namun kadang malah membuat buta
jika rasa tak lagi jadi indera
abdie-dissa, 07052011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar