Ae. R


Selasa, 05 Juli 2011

Gerimis Di Bukit Pasir

sendiri di taman ini
batu besar kujadikan alas
tak ada yang bisa aku sapa
lamunan kosong ku isi cerita
saat gerimis datang menyapa

nikmati senja, bersama 
gerimis yang jatuh beriringan
di atas lembar dedaunan, di atas lugu bebatuan
titik airnya warna warni, saat tertembus sinar mentari
dari sela rimbun pepohonan

di atas tanah merah yang mulai basah
air mengalir, menghapus jejak- jejak kisah
tentang perjalanan, lama hati menanti pasti
kisah nyata tentang rasa, yang tertutup kabut murka

sendiri di taman ini, gerimis kian mengiris
nanum tak akan ku tinggalkan kau sendirian
enggan pula aku beranjak sebelum terungkap jejak
hingga ku dapatkan sebuah pemahaman
tentang keberadaan...

hingga rasa itu berbicara,"aku tetap bersama murkamu tetapi aku terbebas darinya,
meski amarah selalu bersama namun aku tidak teraniaya"
hati itu berbisik, "kini aku tak perlu menanti, karena aku selalu mengiringi"
Seperti gerimis yang mengiringiku larut dalam sebuah cerita, mengisi lamunan kosong

sendiri di taman ini, gerimis masih saja mengiris
namun akhirnya aku mengerti, jiwa ini tersisihkan
oleh sempurna dunia yang membutakan,
terjebak dalam samar kasih sayang

sendiri di taman ini, pada gerimis aku mengemis
agar esok rasa itu tetap berbicara,
hati itu tetap berbisik
dan jiwa ini tak lagi tersisihkan
hingga akhirnya, sempurna atau teraniaya

sendiri di taman ini, 
esok aku akan merindukanmu
duhai gerimis..


Abdie,08112010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar