Ae. R


Rabu, 31 Agustus 2011

Tubuh

kiri dan kanan
adalah kalam perbedaan
menjadi kesatuan
dan kekuatan demi satu tujuan
keseimbangan hidup


Abdie,2010
Pada Matahari 2


entah kemana
bening sinar di kuncup malam
setelah meneguk madunya waktu
dalam seribu helaan nafas

hanya semilir
melepas resah di dalam desah
saat hingar dan riuh gemuruh mengisi kepala
terlintas sebuah tanya

pantaskah aku?
mendekap angan dalam gulita
apalagi berharap nyata
saat matahari memberi tanda
dengan titik terangnya
pada kerlip kejora

aku memang tak pantas
pun sekedar berkata - kata
jika kalimat yang terucap
hanya menjadi gulita rasa


Abdie,08282011


Senin, 29 Agustus 2011

Surga Hatiku

di ujung sana
di balik kabut malam
munajat sepi menyibak tabir
pada padang - padang harapan
menabur tasbih kehidupan
biarlah malam tetap berkabut
agar tasbih terus mengalir

aku tak tahu tanda baca
hanya lembut bola matamu
kujadikan tanda mengingatmu
di ujung sana...

aku baru sadar
aku memang gila
membuat kesadaranku
menganggap kedalaman retinamu
adalah surga hatiku

Abdie,2011

Sabtu, 27 Agustus 2011

Tubuhku 2



rumus aksara

riwayat panjang


mengurai samsara
rantai pengikat raga


saksi abadi mengukir waktu

hidangan senja sebuah nama


menjadi bingkai perjalanan
yang tertutup debu




abdie,2011

Rabu, 24 Agustus 2011

Urang Sunda

mawa beja
cumarita ngalalana
ngambah jomantara

ngabedah sagara kahirupan
urang sunda mapay laratan
luluhur nu kungsi ngalakonan

ka catet dina wangsit
urang sunda mawa ageman
silis asah silih asih silh asuh

Abdie,2009

Fatamorgana


jejalahi waktu
tanpa agenda
mencari rindu 
dalam penjara

kemilau fana
mengisi kepala
terbelenggu jiwa
dalam samar permata

Abdie,2009

Prahara Sorga

atas nama sorga
perbedaan di paksa sama
sara bukan lagi keindahan tanah pusaka
namun latar mencipta prahara

genderang perang keyakinan
menjadi tetabuhan permusuhan
ketika kitab di jadikan pembenaran
atas nama seruan tentukan kematian

pernah ku bertanya,
siapa mencipta siapa?
haruskah keyakinan di paksakan?
sementara perbedaan lebih dulu ada sebelum kelahiran

sudahlah,
sorgaku bisa jadi nerakamu
nerakamu bisa jadi sorgaku
yang jelas itu bukan tujuanku

atas nama golongan
tak perlu paksakan keyakinan
hanya akan menciptakan perang
sebab kebenaran bukanlah milik seseorang


Abdie,12072008
Matahari

Sebab malam tak ada matahari
Aku memilih aura tatapmu terangi jiwaku
Jelajahi lorong waktu
Menuntun langkahku menuju hatimu


Abdie,2010

Ya Sudahlah

tak perlu kau tahu
ini hanya kata-kataku
saat mengadu pada masa lalu
berpalinglah,
aku takkan kehilangan
sebab kata-kataku
kan tetap mengalir menujumu
meski kau adalah racun yang embunuhku
aku memilih, terkapar
saat mencintaimu
daripada tubuh ini
terbujur kaku tanpa sempat mengenalmu


Abdie,2011
Sampai Kapan


kibar merah putih itu 
menyala di tiang ikatan sumpah
atau akan lusuh di terjang prahara durjana
yang memutus tali Bhinneka

sampai kapan Sang Saka
bersemayam di hatimu?
menyatu atau memudar di warna kulit 
dan tak ada lagi gema sebangsa


Abdie,08082011

Nasib Pertiwi


seperti ilalang
meranggas di padang gersang
ketika hutan kayu
dijarah pemegang ha pe ha



Abdie,08082011

Gadisku 2

tak mau kunodai
paras cantik bidadari
dengan duri yang ku semat
pada jejak-jejak langkah
melukai tulus senyumnya

biarlah,
tetap murni
senyum itu bahagiamu
tanpa luka masa lalu
dari kisah yang berbeda buku


Abdie,2011



Selasa, 23 Agustus 2011

Gema Semesta Yang Hilang

menyunting purnama
remang bias merah sabitnya
mencatat ashma sejuta cinta
ketika senja melepas dahaga

sebuah catatan semesta
tentang kebenaran yang semakin samar
serupa bayangan tubuh di bawah terik matahari
tak bisa dipeluk tuk sirnakan dahaga anak bangsa

keadilan seperti hantu
bisa di sebut tak bisa diraba apalagi dirasa
hanya bulu kuduk yang memberi tanda
ketika ketakutan menghantui kesadaran

catatan panjang membuka mata
gaun malam dan tarian anak bangsa
seperti tersesat di panggung sandiwara
mencari bayang gema cinta semesta

merah sabit merupa wajah
wajah pintar memoles rupa
bersolek diantara gaun malam
memikat pendar remang lentera

bedak harkat polesan pangkat
menutupi hak suci anak negeri
samar kebenaran dan keadilan
tentukan kematian di ujung sabit


Abdie,22082011

Minggu, 21 Agustus 2011

Kaca Retak

luka berkarat
silsilah debu perjalanan
yang takkan mungkin hilang
mengantar tubuh akhiri petualangan
menjadi kaca retak yang terkubur
bersama penyesalan


Abdie,2010

Jejak Mengikat

lukisan abstrak
jejak -jejak yang tertinggal
menghiasi lontar kenangan

tika suara saling menyapa
berbalas senyum isarat rindu
se-iring waktu mengisi ruang hati

terpaut janji mengikat langkah
bersama menuju muara kata
kesetiaan menjadi latar mengucap ikrar

kini lukisan abstrak
yang tertoreh di lontar kenangan itu
menjadi jejak yang mengikat rasa di tempat yang beda

Satu inginku!
Semoga Kamu Bahagia


Abdie,2010


Aura Pagi

Indah!
gumam pagi sambut matahari
atas sempurnanya ciptaan yang maha suci
terangnya senantiasa berikan tenang hati

bangunkan tubuh yang lelap
menyapa jiwa mengemas harap
semoga hari yang kan di lalui
secerah mentari yang bangunkan mimpi

terimakasih semesta
aura pagimu sejukkan jiwa
izinkan kaki melangkah
berjalan menuju cahayamu


Abdie,2009

Wanitaku 2


bukan makrifat cinta
yang membuatku terkesima
sebab keindahannya hanyalah rahasia
yang membunuh tuhan dengan asa

duhai wanitaku!
aku hanya bersimpuh di kakimu
wujud makrifat nyata keindahan
bukan hakikat rahasia malam


Abdie, 2007

Lidah Api

kopimu manis,
nikmat saat ku teguk
uap sahaja yang kurasakan
sempat membuatku terlena

mulutmu pahit
ketika ku teguk ramuan kata
bukan uap sahaja yang kurasakan
namun bara yang menyulut kebencian

nikmat kopi yang kau suguhkan
terasa hambar dalam paparan kalam
bicaramu serupa lidah api nyalakan permusuhan
ketika keyakinan menjadi alasan pembenaran


Abdie,20082011
Mencintaimu 2

aku bukanlah pujangga
yang pandai merangkai kata
terkadang halalkan segala cara
rekayasa kata demi secuil puji dan puja

aku hanya orang biasa
yang tak bisa dustakan rasa
mencintaimu bukanlah rekayasa
adalah nyata kesakitan yang aku rasa

duhai semesta,
jadikanlah kesakitanku
menjadi tali yang mengikat kuat
cintamu dalam jarak kemuliaan dan kedengkian

jadikanlah kesakitanku
tali rasa yang menghubungkan
jembatan kasih yang terputus
oleh tangan - tangan keangkuhan


Abdie,20082011
Tali Rasa 2

cinta
tali rasa taman fana
dalam sakral ikatan perjanjian
mengikat makna kesetiaan


Abdie,20082011

Sabtu, 20 Agustus 2011

Dimensi Cinta

sesak berdesak
caci maki, seruak menghujat
muka-muka, pura-pura
rayu-rayu, ragu-ragu
tulus dan lugu juga akal bulus
berebut tempat memikat syahwat

memenuhi ruang tanpa ukuran
ketika gejolak binalnya hasrat 
mencari tempat pelampiasan
dimensi cinta berikan segala keinginan


Abdie,20082011
Mencintaimu


duhai semesta hakikat cinta
tak bisa kudustakan rasa
meski tak pandai merangkai kata
sebab aku bukanlah pujangga
tetapi mencintaimu adalah nyata yang kurasa
bukan rekayasa kata-kata
sebab ketika kau taburkan bunga dan warna
menghiasi taman fana
sungguh mata ini buta mengeja makna
kubiarkan saja rasa memahaminya
kau adalah pemilik cinta
yang sempurna


Abdie,19082011






Taman Rasa

lidah ini tak berludah
tanpa tuah di mulut kering
hanya menjamah kata-kata resah
ketika rasa memecah hening


dosa anak zaman yang berbaris
dengki penguasa negeri terbungkus rapi
adalah bara yang menghakimi nurani

menjadi kisah sobek di jalan berlobang

miris hati hanya istilah
bunga di taman rasa tanpa lentera
ketika tak mampu menembus batas keinginan
di balik dinding kesadaran

Abdie,19082011




Tali Rasa

meski tak ada lagi suara
saat sepi enggan berlalu
dalam penantian panjang
namun tak ada penyesalan

sebab selalu ada cerita
ketika mengurai makna
tentang kisah yang tertulis
di lontar kenangan

serupa pengikat
tali rasa mengikat kuat sejuta makna
cinta, rindu, dendam juga kebencian
mewarnai lontar kenangan

entah sirna,
atau menjadi kisah masa lalu
yang semakin membatu
menanti waktu menjadi debu


Abdie,19082011




Jumat, 19 Agustus 2011

Seribu Puisi Untuk Presiden

maaf!
tak cukup waktu untuk menulisnya
rangkai saja sendiri 
semoga kau tidak amnesia
seperti burung nazar
yang di racun kekuasaan


Abdie,19082011

Sajak Demonstran

orasi basi tentang azasi
di atas mimbar kemiskinan
saat rayakan upacara kematian
nurani punggawa negeri

berbalas pantun hati
saat mengantri di lorong waktu
jelata mati di tikam kebijakan
kaki demonstran di amputasi undang-undang


Abdie,2008
Saksi Bisu


sebutir debu
pada tubuh sisa peluru
yang tergeletak tanpa baju
menjadi saksi bisu 
tangan kuasa yang memegang pemicu
ketika anak negeri serukan suara qalbu


Abdie, Jakarta 2007

Kamis, 18 Agustus 2011

Labuhan Cintaku

jelang pagi
memaknai sesaji
sketsa di teropong hati

memahami wajah pagi
bergerak pena tuliskan puisi
walau tak bicara kucoba mengerti

sepasi rasa mengeja bahagia
saat kau ada genapi makna tawa
meski kuterbata terjemahkan asmara

kucoba memintal kata
dari huruf di sudut mata
terjatuh dalam rangkaian aksara

memaksa mulut tuk bicara
saat lidah tak kuasa ingkari seruan hati
kubiarkan saja cintaku berlabuh di tatapmu


Abdie, 19082011

Jalan Satapak

wanci maju ka magrib
layung nu hibar di belah kulon
ngateur lengkah kuring
nuju panto peuting

neang tapak di jalan satapak
nu tinggaleun jeung di tinggalkeun
nyawang tur hariwang inggis ku pati
kaburu nyampeur memeh tapak di beresan

duh gusti,
jalan ieu jadi saksi
tatapak kuring anu sulaya
mundut sadaya pangampura

Abdie,2008


Wajah Negeriku


mawar merah di tumpukan sampah
mengisi gerobak tua beroda dua

sejenak lepas lelah
bocah ingusan bercelana rombeng
sambil menatap kosong halaman gedung
yang bersih dari sampah matahari

tak ada kardus yang dapat ia punguti
untuk alas perut senja nanti


Abdie,2010

Rabu, 17 Agustus 2011

Sajak Gusar

selasar merangkai gusar
kisah usia mendayung sampan jejak
 menyibak kalam di kibar layar
berlayar di lautan yang membingungkan

mencari pusaran empat penjuru
airmata bahagia dan duka mencipta samudera 

tawarkan segala rasa
sajak gusar terus berlayar

jelajahi celah karang tujuan pulang
sajak gusar melepas jangkar di samudera hening


Abdie, Pangandaran 2010








Sajak Gunung

duhai maut
kusulam kalut
menyibak kabut
sebelum nyawaku kau cabut

nyanyian lemah
jiwa yang gundah
dari balik tirai gelisah
adalah syair tangan tengadah

duhai maut,
nyanyian jiwa raga yang gersang
takkan sanggup menghapus jejak syair
fakirnya kekal meski nafasnya kau hentikan

duhai maut,
pemilik nafas
dalam sajak kuserahkan
segala kalut dan kabut gundah


sajak gunung
adalah dendang rasa
syair fakir di sisa nafas
sesaji usang raga yang gersang



Abdie, G Manglayang2010

Kursi Kayu

kursi kayu saksi bisu
ketika malu-malu mencumbu
membaca usia di putaran waktu
di penuhi cemburu yang membatu

sepi menjadi hutan suci
tempat berkelana raja nista
seberangi hari memutar mimpi
atas nama cinta menebar bara

mimpi memutar detik
mengubah warna peluh
kekal menjadi kerikil hari
menyepuh nama dikulit zaman

api cemburu,
membakar dahan hanguskan ranting
kursi kayu mencipta sajak abu
seberangi sunyi hutan suci


Abdie, 09072011

Titik Awal

berkelana,
di petak kering
dendangkan sajak ilalang
yang meranggas menanti hujan

mengenang,
kemaraunya rasa masa lalu
pada petak-petak kehidupan
menjadi kalimat keramat penyesalan

kelana rasa mengenang masa lalu
menjadi kekuatan baru perenungan
pada petak kering catatan kehidupan
temukan titik awal perjalanan


Abdie, 2010

17-08-2011

Sejenak merenungkan
Kesakitan-kesakitan masa lalu
Yang lantang serukan kemerdekaan
Azasi manusia terbebas dari penjajahan

Detik ini,
Tidak sama dengan 66 tahun yang lalu
Seruan kemerdekaan hanyalah ceremonial hampa
Sebab azasi manusia itu kini dijajah kekuasaan

Kembali berpikir
Kisah masa lalu dan detik ini
Aku seperti memiliki hidup baru
Ketika kesakitan masa lalu
Berbuah pengingkaran saat ini
Menjadi kekuatan baru untukku

Tak perlu menghujat catatan saat ini
Untuk mengobati sakit di masa lalu
Darah dalam lembaran kisah sejarahnya
Kujadikan cermin menyambut samar wajah masa depan
Meski akhirnya jasad ini terkapar di slogan kemerdekaan
Tetapi arwahku terbebas dari penjajahan kedengkian


Abdie,17082011

Kehadiran Dirimu

Hadirmu,
Membuka kembali mataku
Setelah sekian lama
Pandangan ini lupakan embun

Dirimu,
Serupa warna
Pelangi anugerah semesta
Menghiasi kanvas hitamku

Kehadiran dirimu,
Saat ku mengeja diri di wajah pagi

Menjadi embun
Sirnakan dahaga jiwa
Menjadi warna baru kehidupan
Mewarnai kanvas hidupku


Abdie,17082011
Kamu


Adalah pemahaman
 cinta dan luka
Adalah luka yang menganga
dari keyakinan yang kujaga

Adalah kekuatan
luka yang merindukan cinta
ia bangkit dan tulus mencintai rindunya

Kamu!
Adalah simpul yang mengikat
pemahaman dan kekuatan
menyatukan perjanjian dua keyakinan


Abdie, 16082011

Selasa, 16 Agustus 2011

Suara Belahan Jiwaku

Sayup mengalun
Lembut nada semilir
Membelah malam
Terbangkan angan

Degup jantung
Mengungkap rahasia
Sketsa yang terlukis di dada

Adalah kamu kekasihku
Belahan jiwa yang mengajariku

Makna pengabdian
Dalam galau dan keteguhan
Setia dan penghianatan
Antara cinta dan pengingkaran

Adalah rangkaian hidup
Dalam ikatan sakral perjanjian
Yang terpisahkan oleh pemahaman
Dengan angkuhnya salahkan jarak dan waktu

Suaramu mengisi kesunyian
Dan sendiriku tak lagi sepi
Ketika tulusmu,
Mengiringi langkahku
Menyambut matahari pagi lalui hari


Abdie, 16082011

Wajahmu

Dalam gelap
Melukis langit dengan angan
Memahat bayang di dinding malam

Tak bisa aku sembunyi
Dari tatap selaput sunyi
Hingga lidah ungkapkan suara hati

Senandung jiwa mengukir wajah
Jadi keindahan dalam sulaman kelam
Dan sepiku mengubah sebuah kenyataan

Kekasihku,
Senandung jiwaku suara hati
Wajahmu membuat malam ini menjadi indah


Abdie, 16082011

Pesisir Sepi

tiada dendam
pada gelombang
ketika daratan kehilangan tepian
sadar tak ada yang kekal
selain sunyi pemilik sepi
hanya kembali yang terpikirkan
memahami rahim tujuan pulang
ketika hitam telah mencemar
mengubah putih jadi kelabu
dan cinta tetaplah abadi milik udara
hingga raga terbujur kaku
di pesisir sepi

Abdie,2009


Bait Rindu

pada detak waktu
rindu mencari jati diri
di latar putaran masa
menyulam tapak masa lalu
bait rindu mengurai jejak
sesal menjelang ajal


Abdie,2010

Akar Makar

mengakar
makar berkarat
jiwa bangsa sekarat

yakin yang tak di pahami
membunuh idiologi negeri
serukan teror saling membenci

akar makar
melilit bagai kawat duri
siap membunuh nurani pertiwi


Abdie,08162011

Kekasih Sepi



menyibak debu risalah perjalanan
menyulam pasrah pada waktu
langkah pejalan menuju telaga
labuhan sunyi simpuh yang sepi

deras madah sumerah
membentang jalan tapaki arah
teguh kukuh pada suara hati
mencintai sabit purnama alam

menuai gema degup jantung
merindu suara gubahan bulan
menanti kekasih lantunan detak
sabit mencipta sepenggal sajak

nalam rembulan
mengenang wajah
kekasih sepi temani sunyi
dalam sujud yang sendiri


Abdie, 08112011

Nyanyian Jiwa



Kekosongan Jiwa
kadang-kadang kurasakan
kehampaan dan kekosongan dalam hidup ini

Segala hiruk pikuk kehidupan di sekelilingku
berjuta pikiran dan keinginan kehidupan
Yang mewarnai sejuta peradaban umat manusia
menyentuh semua yang ada di kaki langitMU
Semua apa yang ada dalam benakku
seketika kuamati garis telapak tanganku
cermin ini yang menggambarkan wajahku
kesunyian dan kekosongan kurasakan di sini
namun kurasakan degup jantung dalam dadaku

dalam relung hatiku
kudengar suara
menjerit, merintih namun tetap terdiam
berbicara,bercerita namun tetap diam
berteriak, berseru namun tetap saja terdiam

Jauh di dalam rasaku, kurasakan
kedendaman, kedengkian, kebohongan , kemunafikan
keangkuhan, kesombongan bahkan pengkhianatan
namun masih tetap terdiam

namun jauh lebih dalam lagi kudengar, kurasakan
Seperti kerinduan, kasih sayang, pengabdian, kebesaran, kemuliaan
hakiki, kesejatian, keabadian
namun tetap saja diam terhalang tulang
Apakah ini hanya sekedar permainan
apakah ini rangkaian kehidupan
dimana aku tak bisa menghindar, berlari dan sembunyi
Tuhanku, apakah ini alasanMU menciptakan alam semesta yang fana
TUHANKU tunjukan aku hamba hina ini yang abadi kalau saja alam ini sementara




Abdie,14032010

Antara Aku, Sahabat Dan Cinta Sahabatku

Hari ini akan segera berakhir, kusaksikan sang surya terbenam
Ku lihat segerombolan burung pipit kembali kesarangnya
Setelah seharian mereka terbang, bercanda dan mencari makan
Semoga esok aku bisa melihatmu kembali terbang

Selamat datang wahai sang malam!
Aku menyambutmu dengan sejuta cerita hari ini
Izinkan aku berbagi dan mengadu padamu
Hari ini lidahku terasa kaku bibirku bisu, jiwaku gundah, terasa beku pula hatiku
Jangankan sebaris kalimat, sepatah katapun tak sanggup ku ucapkan
Aku masih sadar mataku tidaklah buta
Namun aku tak mau lagi untuk melihat apalagi menatapnya
Tak tersisa sedikitpun keberanian untuk berhadapan dengannya
Namun aku tidak pernah membencinya, hanya merasa takut kehilangan
Setelah semua yag telah dia lakukan begitu tulus padaku
Dialah sinar terang yg menyinari gelapku
Dialah “Sahabatku”

Wahai sang malam!
Aku tidak berpikir, kukorbankan hidupku untuk menebus ketulusannya,
Dan aku rela semuanya kuberikan karena dia sahabatku
Sampai akhirnya sesuatu itu datang menuntut ketulusan
Dengan segunung emosi menyalah artikan “cinta dan sahabat”
Mencaci tanpa hati, mencerca tanpa hiraukan rasaku
Dengan paras keangkuhan dia berkata, akulah cinta sahabatmu
Akulah pelabuhan ketulusan sahabatmu!

Dengan kebencian, bibirnya menari dan berucap kamu bukan apa – apa
Kamu tidak pantas terima ketulusan sahabatmu jauhi dan tinggalkan saja dia
Seperti pujangga besar mengumbar kata tanpa makna,
Namun dia merasa cacian dan makian adalah karya terindahnya
Dialah “cintanya” sahabatku

Wahai sang malam
Tolong ingatkan dia untuk membedakan “sahabat dan cinta”
Kabarkan padanya aku hanya seorang yang biasa, sekedar ingin jadi sahabat terbaiknya.
Karena hari ini aku hanya mengurung diri dalam kamar
Aku hanya bisa menangis, marah dan mencaci diriku sendiri
Setelah mengingat semua yang telah kulewati bersamanya
Dan kuberikan semua hidupku, jiwa bahkan ragaku

Wahai sang malam!
Apakah aku memang tidaklah pantas
Untuk mencintai, meski hanya cinta seorang sahabat
Apakah takut kehilangan adalah rasa cintaku yang sesungguhnya
Atau hanya ketakutan belaka

Wahai sang malam!
Tunjukan jalan terbaikku, untuk esok menyambut mataharimu



Abdie,SaUnG kUrInG 060510

Nanti


Nanti ,
Kaulah yang membuatku lunglai
Saat langkahmu tak lagi hampiri aku
Kaulah sumber air mataku
Saat matamu tak lagi menatapku

Nanti,
kaulah yang mebuatku tuli
saat tak kudengar lagi sapa suaramu
kaulah yang membuat tanganku kaku
saat genggamanmu tak lagi kurasakan

Nanti ,
kau adalah harapan semuku
saat aku tidak menjadi pilihanmu
kau akan menjadi duka hidupku
saat kau sirnakan aku dari ingatanmu

Nanti ,
kaulah sakit yang akan kurasakan
saat suara lembut dan merdumu
mengiris hati, menikam jantungku
mengucapkan selamat tinggal ..

Nanti ,
Kau akan membawa nafasku
terbang bersama mimpi keabadianku

Abdie, 05122011

Tulisanku Adalah Kamu

langit senja
menuliskan rindu
pada awan yang menggantung


gelisahku pada jarak 
memahat kenang pertemuan
tumpahkan angan dan harapan


meski hanya kata
inilah kebahagiaanku
sederhana terjemahkan asmara


tulisanku adalah kamu
gelisah yang kupahat
di teduhnya langit senja


Abdie,2010

Tinggal Lamunan

dinten harita urang patepang
teu nyangka bakal janten emutan
mekar katresna tina rasa
nyambuangna mawa  kanyaah

kiwari urang pa anggang
dinten harita tinggal kalangkang
kasono, kanyaah, kaheman,
kacinta mangsa harita
jadi carita ngeusi lamunan 




Abdie, 2011
Sebait Cinta


lara hati
bagai tertusuk duri
terluka rasa yang memahat ukiran
ketika sebait cinta yang puja
 berakhir penghianatan


Abdie,2008

Senin, 15 Agustus 2011

Kedai Ibu Tua

masih saja
berkeliaran menebar teror
menciptakan ketakutan

hakikat PANCASILA
hakiki kemerdekaan
di bungkam atas nama keyakinan

kedai-kedai kehidupan
porak poranda di terjang angkara
sisakan ibu tua menangis ketakutan

bersujud,
di atas kitab tanpa terjemahan
pada kekerasan dan kesewenang-wenangan
ia meratap meminta kemanusiaan yang hilang


Abdie, 14082011

Sebaris Kalam

Lihatlah,
Api unggun di taman para pencinta,
Beri mereka hangat, semangat  membaca sajak
Lantunkan sair cinta, mencari cinta, berbagi cinta
Senyum para perindu, mencari rindu, berbagi rindu
berkumpul menjadi satu, membakar dengki ke dalam api
Jika saja api tdk rahasiakan sejuknya
Dengki pun tak akan mereka bakar

Sementara para penyamun embun, sedang berpantun
Hakikat dengki yang terbakar, di atas mimbar
Suaranya menjadi bara, membakar nusantara, bahkan dunia
telunjuk pun menjadi batu, lempari setiap taman para pencinta
embun pun menjadi nyala, merah halaman taman
jika saja mentari tdk rahasiakan panasnya embun
bersama para pencinta,  kunikmati api setiap pagi

saat akal penyamun embun berkata, api itu panas
Para pencinta berkata aku tenang bersamanya
Penyamun berucap kitab embunku menyejukkan
Para pencinta berkata setelah ku pahami rahasianya
Penyamun berteriak embunku adalah firman
Pencinta berucap apiku juga kalam, seperti halnya aku dan kamu
Hanya sebaris kalam, berasal dari alam




Abdie, 2011

Sahabat Setia Cinta Sejati

kamu memang sahabat sejati! 
selalu pengertian saat aku berkata "aku tidak bisa"
selalu setia menunggu saat aku berkata "sebentar aku kembali lagi "
tak pernah beranjak pergi meski aku berucap "biarkan aku sendiri"
pintu rumahmu lebih dulu terbuka sebelum ku mengetuknya,

kemudian kau tersenyum dan berkata "masuklah"

kau miliki makna cinta sejati!

tak pernah bisa "Melupakan"
tetapi akan selalu " Memaafkan"
bukan masalah saat kamu "Mendengarkannya"
tetapi selalu berusaha untuk "mengertinya"
Tak peduli dengan apa yang " Terlihat"
melainkan apa yang "Terasa"
tak pernah terlintas untuk " Meninggalkan"
tetapi kau berusaha selalu  "Bertahan"

Ketika berurusan dengan yang namanya cinta
seringkali kita bukan tampil sebagai pemenang
Padahal cinta itu tulus saat kita dikalahkannya
tapi kamu akan jadi pemenang saat kamu bisa mencintai
karena kamu telah bisa menemukan cinta itu dalam dirimu
memberikan cinta berarti memberikan hidup

Ketika menangis, air mata yang keluar masih bisa kita hapus
Tetapi ketika air mata itu mengalir deras dari hati akan sangat berbahaya
karena goresan lukanya mungkin tidak bisa hilang


Tetapi
jika tiba saatnya nanti
dimana kamu harus berhenti mencintai 
tetapi bukan karena membenci
melainkan kita menyadarinya
orang itu akan lebih berbahagia apabila
kita melepaskannya.

Bila benar mencintai jangan dilepaskan
meski hanya bagian dari CINTA SEJATIMU
karena CINTA SEJATI itu milikmu bukan orang lain
demi cinta sejati itu berjuanglah untuk menemukan
CINTA SEJATI yang lain

Menunggu seseorang yang di inginkan akan lebih baik
Daripada BERJALAN bersama orang di sekitarmu
Karena HIDUP ini SINGKAT
Akan lebih baik di buang dengan orang yang TEPAT

Bukan tidak mungkin orang yang kamu CINTAI
adalah orang yang sangat MENYAKITIMU nanti
Dan tanpa kita sadari TEMAN yang membawa kita kesana
dia adalah CINTA SEJATI itu





Abdie, 2009
Kuciwa

duh jungjunnan
naha atuh urang patepang
pami tepang ieu pegat ku pipisahan
ngantunkeun rasa kuciwa
sanes kuciwa ku duriat nu pegat
tapi kuciwa lantaran ngahianat cinta

Abdie, 2007
Cupu Manik

lantera hirup saha nu nyangka
lir ibarat ca'ang jeung lampuna
taya wates nu misahkeun
ngahiji sajeroeun iga
cupu manik lain barang antik
tapi wadah nu pinuh ku runtah
angot pisan bala tur bauna 
lamun di tingali dina kaca 
rupana teu jauh beda
jeung urang anu ngacana
tapi, teu kudu hariwang
cupu manik bisa di daur ulang
sabab panto tobat moal rek nutup
tepi ka urang tinggal bugang


Abdie, 07092009
Kejujuran


tak ada dusta 
dalam hidup dan mati
meski ia berjalan 
di atas tajamnya bebatuan
sebab
tak ada penghalang sebuah kejujuran



Abdie, 2009

Di Balik Kebaya 

lantun senandung kidung
mengenang leluhur memuji hyang agung 
suara jiwa menyapa semesta
wujud nyata terimakasih, masyarakat pemangku adat

terasa hikmah saat kudengar suara suling
di iring kecapi petikan tangan sang ahli
mengiringi kidung yang melantunkan keagungan
berpadu dengan mantra tetua

sesaat berselang
gemulai penari ikuti irama
geraknya mencipta sesembahan
sebagai pertanda lelaku menjalani kehidupan

kurasakan aura hidup
yang memancar dari balik kebaya
yang mereka kenakan


Abdie, Sumedang 2007






Abstraksi Diri


tak terhitung noktah 
menjadi lukisan abstrak kehidupan
menelan peluh menghirup nanah
dalam alur pengembaraan


segumpal darah berikrar sumpah
dengan sayap takdir mengembara di alam fana
tak mau menjadi benalu yang menempel pada dahan dan ranting
ia tak mau menjadi hakikat sebuah metamorfosa 
dengan bergantung pada selembar daun
berubah lalu terbang lupakan sejarah
tanpa sempat kenali diri

menanti batas waktu 
memegang janji tanpa menghitung hari
ketika kalam cakrawala di jadikan lembaran narasi
keyakinan mengungkap catatan perjalanan 
saat sisa usia menyepuh noda

ikrar darah sumpah setia
di sisa nafas pengembaraan
menjadi cacatan  perjananan
menuju penghisaban 
dari semua noktah dalam abstraksi lukisan diri


Abdie, 08082011



Jati Luhur

lihatlah sayang
semilir mencipta riak berderai
berkejaran menuju tepian 
seiring sejalan 


kita jadikan saja telaga 
tika  rindu menderai airmata
di atas sampan penantian
kita mengayuh kesetiaan


biarlah jarak itu
menjadi perahu yang membawa rindu
lewati sesal dan bahagia menuju muara
dan setia kita berlabuh di dalam ruhnya cinta



Abdie, Jati Luhur 2010

Bingkisan Priangan

hembus semilir
terbangkan kisah
bermuara di relung jiwa


lirih berkata di percik telaga
mengalunlah larik -larik cinta
tertuju pada belahan jiwa 


syair itu bukanlah sihir
tetapi sejuk yang mengalir
membasahi qalbu alirkan rindu


suara belahan jiwa
di Telaga Patenggang
menjadi bingkisan priangan




Abdie,2009


Kalam Sore

Sepintas pandang hanyalah unggas berenang
menari kepakan sayap, bernyanyi bersahutan
bercanda bersama kerabat nikmati gerimis sore 
menambah hangat suasana saat ku lihat mereka 
beriringan menuju tepian kolam

Sepintas pandang tidak miliki makna,

ternyata begitu bnyak pelajaran berharga
meski mreka hanyalah unggas biasa
mampu berikan sesuatu yang luar biasa
tentang hidup dan kehidupan
makna kerabat dan persahabatan
tentang cinta dan kasih sayang
sepertinya mereka jauh dari kedengkian

tak pedulikan perbedaan,

Apakah aku, kita, kalian 
yang mengaku mahluk sempurna sudah seperti itu?
hanya kita sendir juga semesta raya yang tahu


Terimakasih semesta raya,

kau ingatkan aku tentang sesuatu
saat ku melihat penghunimu yang di anggap hewan ternk biasa, 
ternyata kehadirannya sampaikan pesan yg berharga

tak perlu memandang harta dan benda

jika hanya membuat kita jadi kaya dengan kesombongan




Abdie,2006

Sajak Siang Untuk Bapakku


terangmu tak pernah redup
hingga rona selalu menghiasi senja
meski sesekali awan mencuri terangmu

gemeretak urat - urat
terpanggang di atas bara siang
tika tangan kasar pemegang kuasa
tak mampu menjabat terang

membakar kedai-kedai
hanguskan harapan ibu tua
nasibnya tergadai di slogan iklan
sebangsa se negara


Abdie,08082011

140897


terimakasihku pada hujan
yang memberiku gigil dan beku
di teras depan rumahmu

nikmat terasa,
saat kau suguhkan secanglir kopi
seolah menjadi telaga 
tempat kata berenang
lalu gigil dan beku
terjemahkan asmara
berikan kehangatan

bertaut kata
kenang pertemuan
kini, tanpa hujan
tanpa kopi di suguhkan
hanya semilir suguhan malam 
asmara tenggelam di telaga waktu




Abdie, Bandung97

Hareudang


mesek cangkang muka eusi
silih gesek neang nu ngarana materi
ngakunamah jalma berbudi
rahayat ngoceak tur balangsak teu paduli

korupsi lain budaya 
atawa adat kaluhungan papagon sunda
tapi panyakit jelema ngarti nu gering ati paeh rasa
teu weleh neang cara jang ngeruk harta banda
najan loba anu cilaka nu penting beunghar di dunya

hareudang ningalina,
teuing zaman anu edan atawa jalmana anu gelo
owah mikir linglung laku moncorong panonna bolor


Abdie, 2011