Ae. R


Senin, 27 Juni 2011

Merapi Berbisik

tak mudah untuk mereka lupakan
meskipun kita hanya membayangkan
saat awan panas menerjang
membakar semua harapan

Gemuruh sang perkasa lontarkan batu
bekukan kalbu, sirnakan asa
hujan abu di atap rumah dan halaman
mengubur semua impian tentang masa depan

sesaat matahari kirimkan kabar
tanpa ada yang mampu membacanya
lahar yang datang timbulkan arang
sisakan tulang belulang

saat terdengar orang- orang menjerit,
si bijak mulai berulah, dengan lantang ia teriak
tak perlu di tangisi, takperlu di sesali, inilah takdir,,
ternyata hanya salahkan takdir

merapi berbisik, esok pagi aku bangunkan kesadaran
meski tidak semua terjaga, tidak semuanya
kesadaran itu muncul dari balik debu
kesadaraan itu muncul dari balik reruntuhan bangunan

saat janda janda mulai menangis, berkaca di cermin retak
saat duda- duda bermunculan, berteriak dengan suara parau
tangisan anak –anak dari tenda pengungsian
orang – orang tua dan jompo tengadahkan tangan

merapi berbisik, lihatlah apa yang akan terjadi
saat teriakan dan tangisan, mulai terdengar
saat tangan – tangan di tengadahkan
sang dermawan atau penjilat yang akan datang

Abdie,18122010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar