Ae. R


Selasa, 21 Juni 2011

Tangkuban Parahu

di bibir kawah tangakuban parahu
suara suara merdu lirih merindu
kabut jadi selimut penghangat qalbu
ini bukan rindu aku dan kamu

rindu pada martabat suatu negara
warisan manusia, para leluhur utusan maha raja
kini hanya jadi narasi sebuah cerita
itu dahulu kala...

martabat sirna di tengah kota
saat kulihat beribu gelandangan mengharap iba
para kucing malam yang sedang nego harga
dengan si jelita sahabat malam yang rela menjajakan paha

sang raja duduk manis di atas sofa, tak peduli rintih kesakitan
seorang dara yang menjajakan selangkangan
demi memberi makan keluarga yg ia banggakan
tanpa pedulikan lagi hilangnya kehormatan

sang waktu  setia menyaksikan
peradaban yang merenggut arti kemanusiaan
bagi mereka anak anak yang kita terlantarkan
dan membiarkannya berselimut debu jalanan

lalu kemana nyanyian merdu sang raja
yang saat kampanye berteriak kesejahteraan
atau ia telah kehilangan pita suara
karena menukarnya dengan kilau berlian

pemerintahan kehilangan kemanusiaan
martabat pun hanya jadi slogan negara
tanpa makna nyata
itu kini bukan dahulu kala...



abdie,2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar