timbun kata di peti mati
anak kecil menari nari
tapak kaki berbekas duri
di halaman rumah si sofi
sang mentari pun geli
melihat sofi ikut menari
melukis merah muka pertiwi
gambarnya membuat nyeri
atas nama hati dan kitab suci
asik mencari tuhan dlm ilusi
kebenaran tetap tak dipahami
nyata esok hanya mimpi
kalimat tarekatmu tak berarti
saat kolong jembatan tak panen padi
kalimat hakikatmu cuma duri
saat hujan dengki memulai pagi
mengaku mengenal diri
nyatanya hanya kepentingan pribadi
menjual nama pencipta bumi
demi sebuah ambisi
terkenal sbg pengabdi
kau biarkan jalanan dibanjiri
dengan darah kitab suci
membasah merah tanah negri
mengaku kenal yg maha suci
krn akulah sang pengabdi
semua di anggap rahasia ilahi
nyata kemiskinan tak membuatmu peduli
bicaramu mengundang reaksi
saat mengisahkan para nabi juga wali
kisahnya kau gunakan mengais rejeki
kasihnya kau jadikan nasi di bakul sendiri
kau katakan nikmatnya mati
hidup saja masih belum dimengerti
kau katakan takdir maha suci
saat saudaramu mati dgn perut tanpa nasi
aku tulis ini bukan untuk menghakimi
hanya ingin berbagi denganmu sofi
tak ada maksud aku membenci
krn akhirnya kita tentukan jalan sendiri –sendiri
aku sangsi kau mengenal diri
apalagi pencipta bumi
dasar kau sofi
membuat aku geli!
abdie, Gunung Sangga Buana 22072006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar